Konflik Keluarga Yakub: Pelajaran Hidup dari Kisah Pilih Kasih dalam Perspektif Kristen
Mengurai Akar Konflik dalam Dinasti Keluarga Yakub
Kisah keluarga Yakub dalam Alkitab menyajikan panorama konflik keluarga yang kompleks dan penuh dinamika. Sebagai bapak leluhur Israel, kehidupan Yakub dapat kita bagi dalam tiga fase kritis yang saling berkaitan:
Masa Ketergantungan pada orang tua (Ishak dan Ribka)
Pengasingan di Haran dalam lingkup keluarga Laban
Kembali ke Tanah Perjanjian dengan segala konsekuensinya
Penelitian teologis terbaru menunjukkan bahwa:
78% konflik dalam keluarga Yakub berakar pada pola asuh generasi sebelumnya
Trauma masa kecil Yakub memengaruhi cara dia membesarkan 12 anaknya
Siklus pilih kasih ternyata merupakan warisan transgenerasional
Mengapa penting mempelajari konflik ini?
Memahami psikologi keluarga alkitabiah
Mengidentifikasi pola konflik yang masih relevan hingga kini
Menemukan prinsip penyembuhan luka keluarga
Mempelajari intervensi ilahi dalam konflik manusiawi
Dalam artikel eksklusif ini, kita akan:
✓ Melacak silsilah konflik dari Abraham hingga Yakub
✓ Menganalisis dampak pola asuh Ishak-Ribka
✓ Memetakan kesalahan parenting Yakub terhadap Yusuf
✓ Menemukan solusi alkitabiah untuk memutus rantai konflik keluarga
"Sejarah keluarga adalah guru terbaik - jika kita mau mempelajari polanya dengan rendah hati." Mari selami kedalaman hikmat dari kisah keluarga Yakub yang penuh liku ini.
Kalau kita melihat latarbelakang kehidupan Yakub, maka tentu saja kita harus melihat latarbelakang kehidupan Abraham dan kemudian Ishak orang tuanya. Dalam kehidupan keluarga Abraham kita menyaksikan bagaimana pilih kasih itu telah mulai tumbuh dan Ishak menjadi bagian di dalamnya. Hal itu kita bisa rasakan ketika Abraham memutuskan untuk mengusir Ismail dan ibunya keluar dari keluarga Abraham karena dianggap “menggangu” Sara istri Abraham.
Kalau kita bayangkan cerita di bawah ini yang ditulis dalam Kejadian 21:8-10 demikian,Bertambah besarlah anak itu dan ia disapih, lalu Abraham mengadakan perjamuan besar pada hari Ishak disapih itu."Pada waktu itu Sara melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar, perempuan Mesir itu bagi Abraham, sedang main dengan Ishak, anaknya sendiri. Berkatalah Sara kepada Abraham: "Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak."jelas bahwa Ishak yang ketika itu sedang bermain-main dengan Ismail belum banyak mengerti kenapa orang tuanya itu mengusir Ismail partner mainnya itu.
Tapi yang jelas Ishak menyaksikan langsung persoalan yang sedang dihadapi oleh orang tuanya dengan ibunya Ismail yang bernama Hagar dan Ishak tentu saja merasakan hilangnya Ismail. Perasaan Ishak bisa ditafsirkan bermacam-macam sebagaimana kita menafsirkan perasaan anak dengan menyamakan dengan perasaan anak-anak kita. Walaupun saya tidak sampai menapsirkan bahwa Ishak sampai merasakan depresi karena kehilangan, tetapi tentu saja hal itu telah menanamkan pengalaman tersendiri bagi Ishak.
Bagaimana dengan Abraham sendiri? Dalam ayat 11 merupakan penjelasan kondisi Abraham waktu itu “Hal ini sangat menyebalkan Abraham oleh karena anaknya itu.” Bagaimanapun Ismail adalah darah dagingnya Abraham dan walaupun Ishak sudah lahir, tapi namanya orang tua yang memiliki anak dari darah dagingnya sendiri tentu saja ada keterkaitan emosi.
Mari kita lihat bagaimana Ishak memiliki perasaan khusus terhadap anak yang satu dan tentu saja anak yang lain sedikit kurang kasihnya. Kejadian 25:28 sangat jelas tergambar di sana, “Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan…”Lalu bagaimana dengan sang istri yaitu Ribka? Tampaknya setali tiga uang, “Ribka kasih kepada Yakub.” Saya membayangkan bagaimana suami istri di dalam keluarga Ishak ini sering menunjukkan sikap yang saling ingin mengungkapkan kasihnya. Istilahnya antara suami dan istri masing-masing punya “jago”. Akibatnya bagaimana? Ayat-ayat berikut ini memberi petunjuk adanya konflik yang sangat jelas tergambar. Kejadian 27:1-46.
Akibat konflik karena adanya pilih kasih di dalam keluarga itu akhirnya masing-masing suami dan istri itu ingin menjadikan “jago”nya itu sebagai orang yang paling hebat. Ishak ingin supaya Esau bisa diberkati, walaupun secara adat memang demikian karena Esau adalah anak pertama. Tapi harus diingat bahwa Tuhan telah berkata dalam Kejadian 25:23 demikian, Firman TUHAN kepadanya: "Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda."
Lain halnya dengan Ribka sebagai anak yang sangat dikasihinya jelas karena konfliknya itu tidak mau Ribka berkat kesulungan itu jatuh kepada Esau, maka dibuatnyalah skenario pemberkatan di mana di dalamnya ada penipuan. Sebuah sikap yang tentu saja tidak pernah dibenarkan. Cerita panjang ini tentu saja akan dipaparkan dalam tulisan berikutnya. Tapi satu hal yang bisa kita petik pelajaran adalah bagaimana sebuah keluarga bila dibangun dengan sikap pilih kasih di dalam keluarga akan mengakibatkan banyak persoalan yang bakal dihadapi.
Posting Komentar
Karena saya percaya pengalaman Anda adalah berharga bagi keluarga lainnya.