Membangun Hubungan dan Keterampilan Bahasa

Daftar Isi

Membangun hubungan dan keterampilan berbahasa, mana yang harus diprioritaskan? Karena keahlian membangun hubungan tanpa dukungan bahasa yang memadai dapat merusak hubungan tersebut.

Meskipun keterampilan berbahasa itu penting, tidak memiliki kecakapan dalam membangun hubungan dapat membuat interaksi menjadi kaku. Hal ini melibatkan banyak aspek, seperti kesabaran.

Istilah "cut off" yang sedang viral berarti "memotong" dan "berhenti," namun penggunaannya adalah untuk menghentikan sesuatu sebelum waktunya. "Cut off" dapat diinterpretasikan dengan berbagai cara, tergantung pada konteks penggunaannya.

Tapi jika kita menghubungkan cut off dalam relationship atau hubungan maka pengertiannya juga luas . Bisa menghentikan hubungan dan seterusnya. 

Namun, dalam makna tersebut terkandung unsur kesabaran, di mana jika hubungan diputuskan secara mendadak, maka kesabaran menjadi sangat penting. Jika ingin mengakhiri hubungan tanpa tanggung jawab, kita harus bersabar dan mempertimbangkan keputusan tersebut dengan lebih matang.

Seringkali kita mendengar seseorang berkata, "Saya cukup sabar dalam menghadapi masalah ini," sementara yang lain mungkin mengatakan, "Kesabaran saya memiliki batas." Seberapa jauh kita dapat memahami makna sebenarnya dari kesabaran? Kesabaran adalah sikap menahan diri dari tindakan yang tidak rasional. Ini adalah kemampuan untuk mengontrol diri yang dianggap sebagai sikap berharga yang mencerminkan kekuatan jiwa seseorang. Orang yang memiliki kesabaran yang teruji akan menjadi lebih kuat dalam menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan.

Kesabaran sering dihubungkan dengan perilaku positif yang ditampilkan oleh seseorang. Itulah definisi kesabaran menurut kamus Bahasa Indonesia. Ketika menghadapi situasi yang memicu emosi kita menjadi meledak, apakah kita dapat bersabar? Atau sebaliknya, kita langsung menunjukkan kemarahan?

Bukan hanya dalam situasi tertentu, tetapi juga dalam menghadapi kemarahan, menunggu sesuatu yang kita inginkan terkadang bisa membosankan dan memerlukan kesabaran. Oleh karena itu, kita perlu melatih diri untuk menjadi orang yang sabar dalam segala situasi. Masalah yang muncul dan kita hadapi menjadi pelajaran untuk kesabaran kita.

Banyak di antara kita yang cenderung menggunakan logika daripada iman untuk mengatasi masalah. Akibatnya, kita sering menciptakan solusi sendiri dan mencari jalan pintas. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang harus menunggu hingga usia tertentu untuk membuat KTP.

Banyak situasi dalam hidup yang memerlukan proses dan kesabaran. Misalnya, saat berkendara di jalan raya, kita sering melihat banyak pengendara yang tidak sabar, ingin cepat sampai tujuan dengan mengemudi secara ugal-ugalan, serobot sana-sini, dan bahkan membahayakan pengguna jalan lainnya.

Kesabaran berkaitan erat dengan kemampuan mengendalikan diri untuk tetap berkomitmen mencapai tujuan melalui proses yang ada. Namun, khususnya bagi para wanita yang telah berkeluarga dan memiliki anak, diperlukan kesabaran ekstra dalam menghadapi dan mendidik anak-anak yang sedang tumbuh. Kesabaran yang ekstra besar sangat dibutuhkan, terutama di era saat ini di mana pengaruh lingkungan dan media sangat kuat. 

Dan bila kita menelusuri lebih jauh, terdapat banyak manfaat dari memiliki kesabaran dan berusaha melatihnya.

  • Memberikan ketenangan pada tubuh dan pikiran,
  • Menjauhkan kita dari penyakit, seperti hipertensi dan masalah jantung,
  • Menghidupi kehidupan yang damai,
  • Menjadi lebih paham tentang kehidupan,
  • Terhindar dari sikap sering mengeluh,
  • Dan menjadi lebih disukai oleh banyak orang.

Banyak di antara kita yang sering kali tidak sabar, terutama dalam menunggu pertolongan dari Tuhan, hingga akhirnya mencari pertolongan di tempat lain. Namun, Alkitab telah menegaskan: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Tuhan untuk mereka yang mengasihi Dia" (1 Korintus 2:9). Tuhan memiliki kekuatan yang luar biasa untuk melakukan segala sesuatu yang melampaui pemikiran kita.

Ini adalah pertanyaan yang penting untuk direnungkan. Apakah kita akan terus melangkah dengan harapan yang tak kunjung padam, atau apakah kita telah panik dalam mengejar ketidakpastian dan menyimpang dari kebenaran? Apakah kita telah melupakan Tuhan dan tergoda untuk menyerah, atau bahkan memilih jalan yang bertentangan dengan Firman-Nya? Jika kita menghargai apa yang kita harapkan, kita akan bersabar menunggunya dan tidak akan mudah menyerah.

Kesabaran tidak sekadar tentang menunggu, tetapi tentang bagaimana kita bersikap selama menanti janji Tuhan. Apakah kita akan mengeluh atau merasa gembira? Kita harus memohon kepada Roh Kudus untuk memberi kita kekuatan bersabar. Bahkan Allah sendiri bersabar terhadap kesalahan, keterlambatan, dan kebodohan manusia. Maka, mengapa kita tidak ingin belajar untuk bersabar?

Artikel ditulis oleh Monika Oedjoe untuk program Radio Wanita untuk Wanita

Posting Komentar