Mendengarkan dengan Hati
Mendengarkan dengan hati tentu membutuhkan konsentrasi tinggi. Kalau hanya telinga mendengar, tapi hati di tempat lain, sangat mudah dan sering dilakukan oleh banyak orang. Tapi mendengar dengan hati ini merupakan pekerjaan yang berat. Mengapa?
Pernahkah anda berpikir mengapa Tuhan merancang kita dengan dua telinga sedangkan mulut hanya satu? Bayangkan jika ada dua mulut dan satu telinga. Satu mulut saja sudah sering bikin masalah kalau tidak dijaga baik-baik. Mulut Cuma satu saja sudah bisa membuat orang lebih mementingkan untuk didengar ketimbang mendengar.
Orang lebih tertarik untuk berbicara tetapi tidak begitu berminat untuk
mendengarkan. Bayangkan jika ada dua mulut, apa jadinya dunia ini? Telinga
dipasang Tuhan di sebelah kiri dan kananagar kita mau lebih banyak mendengar
ketimbang terus menerus berbicara. Sega ayang diciptakan Tuhan itu baik adanya.
Maka jika kita memiliki sepasang telinga, seharusnya kita pergunakan dengan
sebaik-baiknya untuk tujuan yang baik pula.
Keinginan untuk diperhatikan dan menjadi pusat perhatian atau setiaknya didengarkan, sudah melekat dalam diri kita masing-masing. Bagaimanapun bentuknya, setiap kita pasti merasa senang jika ada orang yang mau mendengarkan dan memperhatikan cerita kita. Disinilah kita harus mengingat bahwa sebaliknya orang lain pun ingin didengarkan dan diperhatikan.
Berbicara bagi
banyak orang lebih mengasyikkan ketimbang mendengarkan. Maklum, berbicara
merupakan satu pelepasan untuk meluapkan semua pikiran, wawasan, atau perasaan.
Tapi ternyata, mendengarkan lebih penting daripada berbicara.
Saat teman atau keluarga datang kepada kita dan mencurahkan isi hatinya, apakah yang sudah kita lakukan? Apakah kita sudah mendengarkan cerita, keluh kesah dan curahan hati mereka baik-baik, ataukah justru kita yang sebaliknya lebih banyak berbicara, menasihati, mengajari dan justru curhat kepada mereka?
Firman Tuhan
dalam Yakobus 1:19 mengajarkan kita untuk lebih cepat (lebih banyak) mendengar
daripada berbicara. Ia ingin kita mendahulukan orang lain daripada kepentingan
kita sendiri. Kalaupun kita ingin memperoleh giliran berbicara, kita harus
mencari waktu yang tepat, buka ketika orang lain sedang membutuhkan telinga
kita.
Ternyata tidak hanya orang dewasa saja yang memiliki permasalahan dan ingin didengarkan. Kita juga harus menyadari bahwa anak-anak kita pun adalah pribadi yang ingin didengarkan. Anak-anak sangat suka bercerita mengenai hal-hal yang dia ketahui, khususnya kepada kita ibunya karena pada umumnya memang kita para ibu yang lebih sering menemani aktivitas anak-anak kita. Seperti bercerita mengenai kegiatannya di sekolah, teman-teman sekolahnya, buku-buku yang pernah dia baca.
Sebagai orangtua sebaiknya mendengarkan dengan baik apa hal-hal yang menjadi cerita si buah hati. Saat anak berbicara jangan mengabaikan atau malah meninggalkan anak sendiri, orangtua asik dengan aktivitasnya masing-masing. Bagi sebagian orang tua, menjadi pendengar yang baik untuk anak-anaknya mungkin bukan perkara mudah. Ada ego dalam diri pribadi yang merasa paling tahu dan paling benar, sehingga apa yang disampaikan anaknya selalu dimentahkan.
Saat anak sedang berbicara tataplah matanya berikan sentuhan kasih
sayang dengan membelai rambutnya dan mendengarkan dengan perlahan-lahan sehinga
kita tampak memperthatikan dia. Ini merupakan salah satu metode untuk
menunjukkan kasih sayang kepada . Mendengar sepenuhnya cerita anak baik itu
senang atau sedih, membuat orang tua dapat saling berbagi rasa. Saat
cerita senang orang tua ikut gembira dan saat anak menceritakan kesedihannya
kita bisa merasakan kesedihan itu dan memberikan motivasi kepada mereka.
Berikut adalah beberapa hal yang mungkin perlu kita ketahui tentang bagaimana menjadi pendengar yang baik.
Pertama untuk menjadi pendengar yang baik kita harus belajar menguasai diri untuk tidak ikut berbicara.
Kedua menjadi pendengar yang baik berarti kita tetap fokus dan menunjukkan keseriusan kita untuk mendengar dan memperhatikan.
Ketiga seorang pendengar yang baik bisa menjaga rahasia dan
bisa dipercaya dan yang terakhir adalah belajar untuk peka terhadap masalah
orang lain dan tulus dalam mendengar.
Setidaknya
ada lima manfaat yang kita dapatkan jika kita mau mendengarkan orang lain :
· Dengan
mendengar berarti kita sedang mengembangkan kemampuan kita untuk menghormati
sesama
· Dengan
mendengar kita sedang membangun hubungan yang baik dengan sesama
· Dengan
mendengar kita sedang meningkatkan pengetahuan, wawasan dan berpeluang
mendapatkan ide-ide
· Dengan
mendengar kita sedang membangun loyalitas
· Dengan mendengar
kita sedang membantu sesama
Tidak usah malu menjadi seorang pendengar, justru dengan menjadi pendengar yang baik kita akan lebih dihargai. Selain itu orang juga akan senang meluapkan pemikiranya kepada kita. Karena mereka menganggap kita orang yang enak untuk diajak bicara. Pendengar bukan berarti bodoh bahkan mereka terkadang lebih pintar dan toleran. Tapi memang mendengarkan itu pekerjaan yang melelahkan
Artikel ditulis oleh Monika Oedjoe untuk program Radio Wanita untuk Wanita
Posting Komentar
Karena saya percaya pengalaman Anda adalah berharga bagi keluarga lainnya.