Mulut Merupakan Cerminan Hati dan Pikiran
Dalamnya laut bisa diduga tapi dalamnya hati siapa yang tahu. Namun terkadang kita bisa menangkap kedalaman hati dari cerminannya melalui mulut yang mengeluarkan kata-kata.
Dari mulut kita bisa mengira-ngira apa yang ada di dalam hati seseorang. Apalagi bila kita perhatikan bagaimana sifat manusia yang tidak mampu untuk mengekang lidah itu sendiri.
Firman Tuhan dari 1 Timotius 4:12b yang mengatakan "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." Sahabat para wanita, entah dari mana asalnya kita wanita memang sering dicap sebagai pribadi yang lebih banyak berbicara dibandingkan dengan kaum pria. Istilahnya lebih cerewet lah.
Memang tidak semua dan tidak selalu. Tetapi anggapan di masyarakat sebagian besar memang seperti itu. Coba kita lihat saja jika kaum wanita sudah berkumpul bersama tetangga, atau pada saat arisan atau pertemuan keluarga atau mungkin reuni, pasti akan sangat ramai. Semua seakan berbicara tak ada habisnya.
Berbicara itu memang gratis. Tapi itulah yang
membuat kita seringkali menghambur-hamburkan kata sesuka hati kita seolah-olah
itu tidak penting. Tanpa kita sadari, kata-kata yang keluar bisa jadi pada
suatu ketika menyinggung perasaan orang lain, melukai mereka atau bahkan
merugikan diri kita sendiri. Merugikan? Ya, itu akan merugikan kita apabila
isinya penuh dengan ucapan-ucapan yang tidak berguna alias sia-sia.
Sahabat wanita, semakin banyak kita bicara, semakin besar pula
kemungkinan untuk mengeluarkan perkataan yang mendatangkan pelanggaran. Ketika kita tidak mampu mengendalikan ucapan,
kita akan mudah terjerumus ke dalam percakapan yang mengarahkan kita pada dosa.
Gosip, dosa
kesombongan, ceroboh dalam berkata-kata, mengumpat dan sebagainya, semua itu
bisa dengan sangat mudah keluar dari mulut kita ketika kita tidak punya kendali
terhadap apa yang keluar dari mulut kita.
Seringkali
kita mati-matian menjaga sikap, perbuatan dan tingkahlaku kita, namun mengabaikan
soal mengeluarkan perkataan ini. Tidak berhati-hati dalam bercanda, kurang awas
dalam berbicara. Semua ini nanti harus kita pertanggungjawabkan.
Apakah kita
mempergunakan mulut untuk memuji dan menyembah Tuhan, mengucap syukur dan
memberkati orang lain, atau semua yang keluar hanya sumpah serapah dan
lain-lain yang sia-sia sifatnya.
Sahabat
wanita, lidah adalah anggota kecil
dari tubuh kita, tapi walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat
memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia
dapat membakar hutan yang besar.
Lidahpun adalah api, yang merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil
tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai
seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita. Dengan lidah kita memuji Tuhan, dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan
menurut rupa Allah sendiri. Dari mulut yang satu keluar berkat, dari mulut yang
sama keluar kutuk.
Mulut kita cuma satu, jangan sampai dari mulut
yang sama itu keluar berkat dan kutuk, memuji dan memaki atau manis dan pahit.
Itu tidak boleh terjadi. Jangan sampai kedua hal yang bertentangan ini keluar
dari satu mulut yang sama. itu artinya kita benar-benar harus mewaspadai betul
setiap kata yang keluar dari mulut kita.
Mari kita latih mulut kita untuk mematuhi firmanNya, mempergunakan mulut sebagai sarana bagi kita untuk memberkati orang lain dan memuliakan Tuhan pada saat yang sama. Memang itu tidak mudah, tetapi mengingat bahwa setiap kata yang kita ucapkan harus kita pertanggungjawabkan kelak di hari penghakiman (Matius 12:36-37), itu artinya kita harus secepat mungkin menganggap dan memperlakukan hal ini sebagai sesuatu yang sangat penting. Jangan tunggu lagi, mulailah dari sekarang. "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi." (Amsal 10:19).
Jadi kita harus mengawasi betul setiap kata yang keluar, dan mempergunakan hikmat yang telah diberi Tuhan kepada kita. Memang awalnya perlu latihan dan pembiasaan. Misalnya coba satu hari dulu dalam mengawasi secara seksama setiap ucapan yang keluar dari diri kita, dan tingkatkan terus latihan itu sampai kita benar-benar bisa menghindari kata yang sia-sia terlontar dari mulut kita, minimal kita bisa meminimisasinya sekecil mungkin.
Mari kita latih mulut kita untuk mematuhi firmanNya, mempergunakan mulut sebagai sarana bagi kita untuk memberkati orang lain dan memuliakan Tuhan pada saat yang sama.
Sahabat wanita, mulut kita bisa menjadi sangat powerful (berkuasa). Ada banyak orang yang beroleh kekuatan dan dibangkitkan semangat hidupnya akibat mendengarkan perkataan dari orang lain. Sebaliknya ada pula yang menjadi terluka, hancur, frustasi dan putus asa oleh karena terbunuh oleh perkataan yang disampaikan oleh orang lain.
Lalu, bagaimana seharusnya perkataan kita sebagai anak-anak Tuhan itu?
- Perkataan penuh kasih. Artinya suatu perkataan yang penuh dengan keramahan dan didasari oleh kasih setelah terlebih dahulu dipertimbangkan dengan matang, sehingga orang lain yang mendengarnya dibangun, dikuatkan, dihibur serta didorong ke arah yang baik.
- Perkataan yang menyampaikan firman. Ini bukan berarti kita menggurui atau sok pintar, tetapi perkataan kita hendaknya sesuai dengan firman Tuhan, bermuatan kesaksian dan nasihat sehingga orang yang mendengarnya diberkati.
Kita memang tidak membunuh orang, kita tidak mencuri, kita tidak menganiaya orang secara fisik, dan kita berpikir bahwa itu sudah cukup. Itu memang baik, tetapi kita pun harus memperhatikan hal-hal lain terutama yang biasanya luput dari pengawasan kita, termasuk di dalamnya menjaga ucapan-ucapan yang terlontar dari mulut.
Bagi kita orang percaya, kita harus mau terus belajar mendisiplinkan dan menundukkan lidah kita di bawah kendali Roh Kudus, yang akan kita perkatakan adalah perkataan iman, selalu positif, suka memperkatakan firman dan mulut penuh dengan puji-pujian bagi Tuhan. Saat itulah kita sedang mengucapkan kuasa dan kemenangan yang mendatangkan berkat dan hidup atas diri kita. Dengan kekuatan kita sendiri tidak akan mampu menjinakkan lidah kita. Hanya melalui kuasa Roh Kudus kita akan mampu melakukannya
Baca Juga Buku Mengenai Lidah DI SINI
Artikel ditulis oleh Monika Oedjoe untuk program Radio Wanita untuk Wanita
Posting Komentar
Karena saya percaya pengalaman Anda adalah berharga bagi keluarga lainnya.