Pentingnya Sentuhan Perempuan

Daftar Isi

Sentuhan akhir dalam suatu proses sangat menentukan kualitas hasil akhir yang diharapkan. Sering kali, perempuan dianggap sebagai ahli dalam memberikan sentuhan akhir tersebut. Begitu juga dalam urusan dapur pada kebanyakan keluarga di Indonesia, sentuhan perempuan seringkali menjadi faktor yang menentukan.

Sebagai wanita, kita memang diharapkan untuk melayani keluarga dengan sukacita, termasuk dalam hal penyediaan makanan. Tentu saja, ini berarti memasak. Kita juga harus cekatan dalam menyajikan makanan untuk keluarga tercinta. Saat memasak, kita sering menggunakan bumbu dasar seperti gula dan garam. Gula memberikan rasa manis, sementara garam memberikan rasa asin pada masakan.

Untuk membuat minuman, bahan yang diperlukan adalah gula, sementara untuk masakan atau telur asin, bahan yang dibutuhkan adalah garam. Dalam memasak, penggunaan gula dan garam tidak hanya terbatas pada satu saja. Keduanya sering dikombinasikan untuk menciptakan rasa yang lezat dalam hidangan.

Sebuah keluarga dapat diumpamakan seperti masakan. Dalam keluarga, terdapat "gula" dan "garam," serta berbagai bumbu lainnya. Setiap anggota keluarga memiliki karakteristik unik, karena Tuhan menciptakan setiap individu berbeda satu sama lain.

Keluarga yang harmonis bagaikan hidangan yang lezat, di mana setiap anggota keluarga saling memahami dan menghormati satu sama lain. Dalam keluarga, kita harus berupaya mengesampingkan egoisme dan keinginan untuk menang sendiri. Jadilah individu yang melengkapi keluarga, menciptakan keharmonisan, dan menjalani kehidupan yang bertakwa kepada Tuhan.

Seperti yang tertulis dalam Mazmur 133:1, "Betapa baik dan menyenangkan jika saudara-saudara hidup bersama dalam damai sejahtera."

Beberapa sikap penting yang perlu dimiliki untuk hidup bersama dalam keluarga adalah:

Tidak boleh egois; harus bersedia mendengarkan, bukan hanya ingin didengar.

Harus bisa mengakui kekurangan diri dan menerima kelebihan orang lain, baik itu keluarga maupun pasangan.

Tidak boleh selalu mengutamakan kepentingan pribadi.

Sulit membayangkan betapa tandus dan gersangnya kehidupan tanpa sentuhan wanita. Bayangkan dunia tanpa keberadaan wanita. Wanita memiliki peran dan fungsi penting yang diberikan oleh Tuhan. Seperti yang telah kita bahas dalam beberapa pertemuan sebelumnya, sahabat wanita, mengenai tugas dan tanggung jawab kita sebagai wanita.

Manusia memiliki tiga jenis kebutuhan: kebutuhan fisik, kebutuhan jiwa, dan kebutuhan spiritual. Kepuasan dan kebahagiaan menjadi lengkap ketika semua kebutuhan ini terpenuhi secara seimbang. Prioritas utama adalah memenuhi kebutuhan spiritual kita akan Yesus Kristus.

Dalam konteks kehidupan, muncul sebuah pertanyaan yang sangat penting dan fundamental, terutama bagi orang-orang beriman: apakah Kristus itu pelengkap atau kebutuhan?

Mazmur 42:2 berkata, "Seperti rusa yang merindukan aliran sungai, begitu pula jiwaku merindukan Engkau, ya Allah." Seberapa besar kebutuhan kita terhadap-Nya? Mengapa kita membutuhkan-Nya? Dari mazmur ini, kita bisa mengerti bahwa tidak ada kebutuhan yang lebih mendesak dalam hidup ini selain membutuhkan Tuhan. Jika kita pergi ke gereja hanya karena kewajiban atau paksaan, itu berarti kita menjadikan Tuhan hanya sebagai pelengkap dalam kehidupan, bukan sebagai inti.

Sungguh, Tuhan bukan sekadar pelengkap atau tambahan. Dia adalah esensi dari kehidupan itu sendiri. Tanpa Tuhan, kita tidak akan memiliki kehidupan. Tuhan lebih esensial daripada nafas kita, lebih berharga daripada jantung kita. Kita membutuhkan Tuhan lebih dari segala sesuatu dan siapa pun.

Tuhan merupakan esensi dari kehidupan itu sendiri. Memiliki Tuhan berarti mempunyai kehidupan. Sejatinya, yang kita perlukan adalah Tuhan. Bukan karena kita memiliki kebutuhan, maka kita memerlukan Tuhan, melainkan Tuhanlah yang menjadi kebutuhan utama kita. Jika kita mencari Tuhan tidak karena berkat-Nya, melainkan karena Tuhan itu sendiri, maka Dialah surga kita. Tuhan adalah berkat terbesar kita.

Dalam hidup ini, tidak ada yang lebih kita perlukan daripada Tuhan. Hidup sudah cukup jika kita memiliki Tuhan dan menjalin persekutuan yang benar dengan-Nya. "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semua itu akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:33). Ayat ini mengajarkan kita untuk mengutamakan hubungan dengan Allah, dan dengan demikian, Dia akan memenuhi setiap kebutuhan kita sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya.

Memang, Allah adalah kebutuhan pokok kita. Hanya Dia yang merupakan sahabat yang paling setia. Ketika kasih sayang dari sesama kita dapat hilang begitu saja, kasih Kristus tetap ada untuk kita. Ini seperti lirik terakhir dari lagu "Seperti Rusa" yang berkata, "Yesus, Yesus, Kau sangat berarti bagiku, Yesus, Yesus, Kau adalah segalanya bagiku." Sungguh, Dia adalah segalanya bagi kita, karena kita adalah ciptaanNya yang sangat berharga dan mulia.

Artikel ditulis oleh Monika Oedjoe untuk program Radio Wanita untuk Wanita

Posting Komentar