Menjaga Komitmen Persatuan di Tengah Keberagaman

Daftar Isi

 


Hubungan antara persatuan dan keberagaman adalah hal yang tak terpisahkan. Persatuan menjadi penentu kemajuan di tengah keberagaman yang ada. Tanpa persatuan, ancaman perpecahan akan mengemuka, menggantikan konsep 'kita' dengan 'kami'.

Persatuan dalam keberagaman sangatlah penting dalam berbagai konteks. Ancaman perpecahan sering muncul ketika konflik yang timbul dari perbedaan tidak segera diatasi. Jangan anggap konflik yang terjadi akan mirip dengan pertengkaran anak-anak yang cepat berdamai setelah berselisih.

Jika kita mengamati anak-anak, kita akan melihat bahwa mereka cepat melupakan kesalahan teman-temannya. Seringkali kita menyaksikan anak-anak yang tadinya berselisih, namun beberapa menit kemudian sudah bermain bersama lagi dengan akrab. Mereka kembali bermain dan tertawa riang seolah tidak ada yang terjadi. Hal ini mirip dengan anak-anak saya; satu saat mereka bertengkar, dan saat berikutnya sudah bermain dan menonton televisi bersama. Sungguh indah bukan, sahabat, jika kita yang sudah dewasa dapat meniru anak-anak, bukan dalam pertengkaran, tetapi dalam kebersamaan dan tidak memendam dendam atau amarah.

Manusia memiliki beragam warna kulit, jenis rambut, warna mata, serta bentuk dan ukuran tubuh yang berbeda-beda. Di zaman sekarang, kita tidak perlu bepergian ke luar negeri untuk melihat keragaman fisik manusia. Tidak hanya secara fisik, namun juga akal budi dan lingkungan tempat tinggal mendorong pengembangan berbagai kebudayaan, termasuk bahasa, ilmu pengetahuan, keterampilan, profesi, dan agama. Inilah realitas kehidupan kita.

Memang benar kita diciptakan berbeda, termasuk kembar identik yang memiliki ciri fisik serupa namun sifat yang berbeda. Oleh karena itu, sangat wajar jika setiap orang memiliki pandangan yang beragam. Pertanyaannya kemudian adalah, dapatkah kita tetap hidup rukun, bersatu, menghargai kebersamaan dan toleransi serta menghindari pertengkaran dan perpecahan meskipun terdapat perbedaan tersebut?

Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang unik dan berakal. Berbeda dengan hewan atau tumbuhan, manusia memiliki kemampuan untuk berpikir, mengekspresikan diri, dan mengaktualisasikan diri, serta menyatakan pendapat dan sikap yang berbeda-beda. Memiliki perbedaan pendapat atau sikap adalah hal yang wajar bagi manusia sejak zaman dahulu. 

Dan sekarang, kita sering kali memiliki perbedaan pendapat tentang berbagai hal. Terlebih lagi di masyarakat yang sangat beragam seperti di Indonesia. Sejauh mana kita dapat meminimalkan perbedaan dan menonjolkan rasa kebersamaan? Ini adalah pertanyaan yang mudah diucapkan namun sulit untuk diwujudkan. Pada praktiknya, orang-orang cenderung memperlebar jurang perbedaan daripada mencari titik persamaan, dan sering kali perbedaan ini yang menjadi penghalang bagi kita untuk berbuat lebih banyak bagi sesama.

Di tengah kesulitan hari-hari ini, kita perlu lebih mengutamakan kebersamaan, mempererat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan dengan sesama. Sebagai anak-anak Tuhan, kita sejatinya memahami apa yang dikehendaki-Nya. Kita harus menghentikan sikap eksklusivitas dalam diri kita.

Kita harus memulai persatuan dari diri sendiri, keluarga, dan orang-orang di sekitar kita, seperti saudara seiman. Bagaimana mungkin kita menjadi berkat jika kita sendiri saling menyalahkan? Bagaimana kita dapat bermimpi tentang dunia yang dipenuhi dengan sukacita dan damai jika kita masih bertengkar tentang hal-hal yang sepele?

Alih-alih mencari kesamaan, kita malah semakin asyik memperdalam perbedaan. Daripada menjadi lebih dekat, kita malah menjauh. Tidak perlu bermimpi menjadi saluran berkat atau refleksi dari kasih Kristus jika kita tidak bisa menerapkannya bahkan kepada sesama penganut iman. Saat ini, perbedaan pendapat telah menjadi alasan yang cukup untuk merenggut nyawa, menyakiti, dan menimbulkan kerugian besar pada orang lain. Sangat sulit untuk mengharapkan masa depan yang lebih cerah bagi bangsa ini jika perpecahan terus terjadi bahkan di antara umat Tuhan sendiri.

Bagaimana mungkin kita menjadi berkat dan membawa perubahan jika kita sendiri belum teratur? Jika bersatu dalam pekerjaan, pelayanan, atau kehidupan sosial yang melibatkan banyak orang masih terasa berat, bagaimana dengan unit terkecil, yaitu keluarga? Sudahkah kita rajin berdoa bersama keluarga? Untuk yang telah menikah, apakah sudah tercapai kesepakatan antara suami dan istri? Mendukung satu sama lain, saling membantu, menguatkan, dan berjalan bersama dalam rumah tangga, bersatu dalam doa dan terus berkembang bersama untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Apakah ini sudah kita praktikkan, atau masih berjalan masing-masing, atau bahkan mungkin sedang mempertimbangkan perceraian dengan berbagai alasan?

Apa yang dapat dihasilkan dari perpecahan? Tidak ada, tidak ada manfaatnya sama sekali, hanya pemborosan waktu dan energi, serta merugikan diri sendiri dan orang lain. Di sisi lain, apakah kita menyadari betapa kuatnya persatuan?

Kita harus terus berlatih untuk tidak membiarkan kebiasaan terpisah atau terpecah tumbuh dalam diri kita. Kita perlu belajar menundukkan ego dan mengutamakan kepentingan yang lebih besar, terutama hal-hal penting yang merupakan kebenaran dari firman Tuhan.

Sebagai orang Kristen, kita juga dihadapkan pada tantangan persatuan dan keberagaman. Kita dikenal sebagai tubuh Kristus, yang meskipun beragam, harus tetap saling melekat, terhubung, dan melengkapi satu sama lain, dengan Kristus sebagai kepala.

Bayangkan jika ada manusia dengan anggota tubuh yang terpisah dan tidak saling terikat, bukan kah itu akan terasa mengerikan? Oleh karena itu, marilah kita selalu menjaga persatuan dan menghindari perpecahan. Hanya dengan itu, kita dapat berharap pada masa depan yang cerah bagi bangsa yang kita cintai. Bukan hanya dengan kata-kata, sebab itu tidak akan berguna.

Kita harus menjadi contoh yang menerangi, bukan malah menjadi bagian dari kegelapan. Semoga kita dapat menjadi umat Tuhan yang selalu memperbaiki diri dalam menjalankan peran kita untuk memenuhi kehendak-Nya, dan menunjukkan Kristus dengan benar di mana pun kita berada hari ini. Bahkan anak-anak pun dapat belajar untuk tidak menyimpan dendam dan amarah, serta tidak membedakan teman dalam bermain. Bahkan belalang yang tidak memiliki raja dapat bersatu padu, berbaris dengan teratur untuk mencapai tujuan yang sama.

Di atas segala perbedaan, pasti terdapat kesamaan. Setidaknya, kita sama-sama memiliki iman kepada Kristus, yang dapat menjadi dasar untuk membangun persatuan. Kita bisa selalu memulai dari titik itu. Kita diajarkan untuk saling mengasihi, sebagaimana Tuhan mengasihi kita. Kita dapat belajar menerapkannya mulai dari hal-hal kecil, seperti dalam keluarga dan antar sesama anggota jemaat Kristus.

Perbedaan pendapat akan selalu ada di antara kita. Tidak perlu kita lelah mencoba menghapuskan keragaman tersebut, dan juga tidak perlu takut atau alergi terhadap perbedaan pendapat. Marilah kita menerima perbedaan pendapat sebagai karunia Tuhan yang memperkaya kehidupan kita. Persatuan, kesepakatan, atau kesehatian dalam Kristus memiliki tujuan yang jelas. Kita diharapkan untuk bersatu, tidak semata-mata bersatu, tetapi agar kita dapat menjalankan tugas yang Kristus berikan kepada kita, yaitu menyebarkan kabar sukacita, mewujudkan damai, kasih, dan menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita.

Artikel ditulis oleh Monika Oedjoe untuk program Radio Wanita untuk Wanita

Posting Komentar