Tampilan Wajah Kita dan Pengaruhnya Bagi Orang Lain
Pernahkah Anda menyadari seperti apa wajah kita di depan publik? Apakah air muka kita menyenangkan, atau menakutkan? Ini bukan soal paras, bukan pula soal cantik atau ganteng. Tapi soal air muka kita. Menurut kamus Bahasa Indonesia air muka dapat diartikan sebagai mimik wajah atau ekspresi wajah kita
Wajah kita dipenuhi oleh air muka seperti apa? Apakah tampilan wajah kita lebih banyak dihiasi senyum, atau malah sebaliknya cemberut. Tapi juga bisaja saja kelihatan dingin?
Kalau kita menyadari bahwa sebenarnya tampilan wajah kita itu sedikit banyak mempengaruhi lingkungan dan keberadaan suasana yang ada di sekitar kita.
Bisa saja kita membawa dampak di mana tampilan muka kita mendatangkan ketidaknyamana bagi situasi di sekitar kita. Bahkan yang perlu kita ingat, bahwa tampilan muka kita punya pengaruh bagi orang lain. Bisa saja orang lain yang ada di sekitar kita menjadi ikut sedih, ikut murung, ikut sebel, ikut muram dan seterusnya.
Jelas bahwa tampilan muka kita, atau air muka tadi yang kita tunjukkan bisa mengubah suasana di sekitar kita. Bisa saja kita tidak ramah, orang lain yang melihat juga merasa tidak nyaman. Lalu, bisa jadi kalau air muka kita gusar, ketakutan itu akan dirasakan juga oleh orang lain.
Kalau dalam pekerjaan, entah itu di kantor atau di manapun suasana yang kita tunjukkan lewar air muka itu punya pengaruh besar bagi di sekitarnya? Bila kita menjadi pemimpin sebuah kelompok dan tampilan kita menakutkan, tentu juga akan menimbulkan ketakutan bagi bawahannya. Sebaliknya bila ramah, suka tersenyum dan mau
menyapa bawahannya maka hal tersebut akan menciptakan suasana kerja menjadi nyaman. Ini adalah gambaran sederhana mengenai pengaruh air muka
terhadap lingkungan sekitar. Sesuatu yang sepele, tapi
seringkali tidak kita sadari dampaknya terhadap orang-orang disekitar kita.
Mari kita lebih serius dengan masalah air muka ini. Tuhan juga sangat peduli dan Tuhan tidak menyekuai orang yang air mukanya muram dan suka bersungut-sungut. Salah satu contohnya Tuhan tidak suka melihat bangsa Israel yang terus saja bersungut-sungut meski mereka terus mendapat curahan berkat dan penyertaan Tuhan.
Haruskah kita mencontoh perilaku mereka
dan terus mengecewakan Tuhan lewat sikap-sikap kita? Apakah baik apabila kita
terus membiarkan diri kita menjadi orang yang cepat marah, cepat tersinggung,
egois, tidak mau mengerti orang lain dan memasang wajah kaku tak bersahabat?
Tuhan sendiri tidak menginginkan hal seperti itu untuk dilakukan anak-anakNya.
Kasih Tuhan yang tercurah setiap hari kepada anak-anakNya seharusnya
mendatangkan sukacita, dan selanjutnya terpancar lewat raut muka, sikap
dan perilaku yang bersinar terang, dan itu seharusnya dapat dengan mudah
dilihat oleh dunia.
Lantas bagaimana caranya agar kita bisa memiliki air muka yang menyenangkan? Caranya tidak lain adalah dengan terus menjaga kondisi hati kita agar terus berisi sukacita. Hati yang dipenuhi sukacita akan memancarkan sinar cerah di wajah kita yang bisa membahagiakan orang lain dan diri sendiri.
Tidak heran bahwa Tuhan sendiri pun memerintahkan kita untuk setiap saat terus bersukacita dalam keadaan apapun. "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Sukacita sungguh membawa banyak manfaat. Selain membawa pengaruh kepada orang-orang disekitar kita, hati yang gembira penuh sukacita juga akan membuat kita lebih luwes dalam pergaulan bahkan menyehatkan kita. Kita tidak akan pernah bisa menjadi terang dan garam apabila belum apa-apa orang sudah bereaksi negatif dan anti pati terhadap kehadiran kita.
Dalam hal kesehatan pun itu berhubungan. Firman Tuhan lewat hikmat Salomo sudah mengatakan, "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22). Bayangkan ada berapa banyak penyakit yang mengantri untuk merobohkan kita apabila kita tidak memiliki sukacita dalam hidup kita. Sebaliknya Ketakutan, kebencian, kegelisahan, emosi dan perasaan-perasaan negatif justru menjadi pembunuh mematikan jika terus kita simpan di dalam hati kita.
Berbagai jenis penyakit seringkali berawal dari hal-hal negatif yang kita simpan di dalam diri kita. Hati dikatakan sebagai sumber kehidupan, karenanya kita harus menjaga hati jika kita tidak mau kehilangan sukacita dan kemudian kehilangan senyum dan kegembiraan dalam hidup kita. Itu akan terlihat jelas dari raut atau air muka kita. Hati tidak terjaga akan mengakibatkan air muka menjadi muram, lalu dibalik itu dosa pun akan mengintip menanti saat yang tepat untuk menusuk masuk dan menghancurkan kita.
Sahabat wanita, tidakkah kita akan senang jika bertemu dengan orang-orang yang berwajah cerah dan ramah, lalu memberi senyum kepada kita ketika berpapasan atau bertemu? Suasana seperti itu akan mampu membawa kita menikmati hari dengan senang hati, dan itu akan berdampak baik pada pekerjaan atau aktivitas yang tengah kita lakukan.
Sebagai wanita, sebagai istri, sebagai ibu, pasti akan lebih menyenangkan bagi keluarga kita, anak-anak kita jika air muka kita selalu tersenyum dan berseri-seri. Keadaan rumah akan selalu damai dan hangat. Hal itu juga membiasakan anak-anak kita untuk selalu ramah dan bersukacita.
Jadi marilah kita menjadi orang yang ramah, murah senyum, punya sikap bersahabat. Jangan pernah biarkan kesulitan-kesulitan dan tekanan dalam hidup merampas sukacita dalam diri kita dan menghilangkan senyum dari wajah kita. Untuk itu, selalu jaga hati kita supaya tetap bersukacita.
Air muka apa yang ada hari ini pada wajah kita akan sangat tergantung dari apa yang tengah mengisi hati kita. Oleh karena itu pastikanlah wajah kita tetap penuh senyum dan gembira, dan alirkanlah kegembiraan itu untuk menyentuh orang-orang disekitar kita. Senyum ramah terpancar dari hati yang bersukacita, dan itu akan membawa banyak manfaat baik bagi diri kita maupun orang lain.
Artikel ditulis oleh Monika Oedjoe untuk program Radio Wanita untuk Wanita
Posting Komentar
Karena saya percaya pengalaman Anda adalah berharga bagi keluarga lainnya.