Solusi atau Tambah Masalah Ke Anak?
Dalam perjalanan hidup anak-anak kita, tentu banyak hal baru yang akan dijumpai. Mereka akan bertemu dengan orang-orang baru yang berbeda dengan dirinya, bertemu dengan beberapa halangan yang bisa saja menjadikannya bingung menghadapinya. Belum lagi ketika memasuki masa-masa perubahan dengan dirinya dalam hal ini fisiknya, baik anak laki-laki maupun anak perempuan bisa jadi akan mengalami kebingungan.
Sebagai orang tua bisa saja
merasa bingung dalam menghadapi anak-anak kita, seakan-akan kita sudah
melupakan masa-masa lalu di mana kita juga dulu pernah juga mengalaminya.
Bedanya eranya berbeda, persoalannya juga berbeda. Dari berbagai persoalan
anak-anak kita itu, yang menjadi pertanyaan adalah, apakah kita bisa menawarkan
solusi kepada mereka, atau malah sebaliknya, kita menjadi penambah masalah
dengan apa yang sedang dihadapi mereka?
Problem hidup sebenarnya
bukan hanya dihadapi oleh orang-orang dewasa, tapi anak-anak kita juga memiliki
masalahnya sendiri yang harus mereka hadapi. Sebagai orang tua mungkin kita
sudah terlatih, atau sudah banyak belajar bagaimana cara menyelesaikan satu per
satu masalah yang datang. Tapi tidak bagi mereka anak-anak kita. Mereka sedang
belajar menghadapi masalah dan bagaimana menghadapinya.
Di sinilah pentingnya
kehadiran kita sebagai orang tua dalam tanda kutip menjadi ‘penolong’ setiap
persoalan yang mereka hadapi. Ketika mereka berinteraksi di luar rumah, mereka
mungkin ada di sekolah saja berapa hal yang harus mereka hadapi. Mereka harus
menghadapi pelajaran, menghadapi guru dan menghadapi teman-temannya dan
menghadapi orang-orang yang berinteraksi dengan anak-anak kita.
Saya menyadari betul bahwa
semua pengalaman itu akan membentuk dirinya untuk bisa menghadapi dunia ini
dengan segala macam persoalannya. Sebagai orang tua kita berharap semua masalah
yang muncul menjadikan anak-anak kita menjadi orang yang kuat menghadapi
berbagai tantangan. Itu semua benar, namun apa peran kita sebagai orang tua
dalam mengikuti perjuangan anak-anak kita tersebut?
Mungkin juga kita merasa
sangat sibuk mencari nafkah dan membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan
hidup termasuk memenuhi semua apa yang diperlukan anak-anak kita. Tapi, apakah
kita tidak punya waktu untuk sekedar bertanya apa yang sedang dihadapi anak-anak
kita dalam kehidupannya? Atau kita bersikap istilah Jawanya, cul-culan terhadap
anak-anak kita, terserah anak mau apa, mau bagaimana, biar dia yang menghadapi sendiri.
Menyadari akan persoalan yang
dihadapi anak kita akan memberikan kesadaran kepada orang tua bagaimana kita
seharusnya memantau anak-anak kita dengan semua persoalannya. Karena dengan
begitu kita akan menyiapkan solusi-solusi yang bisa kita tawarkan kepada anak
sebelum anak-anak kita menanyakan kepada kita.
Bersyukurlah apabila
anak-anak kita datang dan menanyakan banyak hal tentang kehidupan dan masalah.
Lebih bersyukur lagi apabila kita menjadi pihal yang memberikan solusi kepada
mereka dan bukan penambah masalah terhadap apa yang sedang mereka hadapi. Saya
ingin menutupnya dengan pesan dari Penulis Amsal begini, “Oleh sebab itu, hai
anak-anak, dengarkanlah aku, karena berbahagialah mereka yang memelihara
jalan-jalanku. Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak; janganlah
mengabaikannya. Amsal 8:32-33.
Posting Komentar
Karena saya percaya pengalaman Anda adalah berharga bagi keluarga lainnya.