Cara Mengajarkan Anak Memegang Prinsip yang Teguh
Mendidik anak untuk memiliki prinsip yang kuat sangatlah penting agar mereka teguh dalam pendirian dan tidak mudah terpengaruh oleh pengaruh negatif.
Prinsip-prinsip hidup yang baik harus ditanamkan sejak dini agar anak dapat memegangnya dengan kuat. Sebab, mereka akan bertemu dengan berbagai macam orang dan godaan. Namun, jika prinsip tersebut sudah ditanamkan sejak kecil, anak akan belajar untuk tidak gampang terbawa arus yang ada di luar lingkungan keluarga.
Pada suatu hari, anak saya yang masih duduk di TK pulang dari sekolah sambil menyanyikan lagu pop yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Saya agak terkejut karena di rumah kami tidak pernah memutar lagu itu, dan tidak ada anggota keluarga lain yang menyanyikannya. Saya bertanya-tanya, bagaimana anak saya bisa menyanyikan lagu itu? Ketika ditanya, dia bilang bahwa dia meniru teman-temannya di sekolah. Oh, begitu rupanya…
Memang benar bahwa kebanyakan anak-anak suka meniru, terutama pada usia yang masih sangat muda. Perilaku dan ucapan mereka seringkali merupakan cerminan dari orang-orang di sekitar mereka, seperti orang tua, keluarga, atau tetangga, dan bahkan bisa jadi dari apa yang mereka lihat di televisi atau internet. Meniru hal-hal positif tentu saja tidak masalah, namun meniru perilaku negatif, seperti berkata-kata yang tidak pantas, terutama bagi anak-anak, dapat menjadi masalah serius. Dan kenyataannya, bukan hanya anak-anak yang memiliki kecenderungan untuk meniru.
Dalam konteks meniru atau ikut-ikutan, saat ini memang terdapat tren di mana banyak orang cenderung mengadopsi perilaku, gaya, atau bahkan cara berbicara orang lain, hanya karena itu yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Tidak mengherankan jika sebuah tren tertentu bisa menjadi populer dan diikuti oleh banyak orang, seperti dalam musik, fashion, media sosial, dan pola makan. Contohnya, dalam fashion, sering kali banyak orang yang terlihat mengenakan model pakaian yang sama pada suatu waktu. Hal yang sama berlaku untuk musik, di mana semakin banyak orang yang mendengarkan jenis musik tertentu, musik itu pun menjadi tren. Di sinilah begitu penting mengajarkan anak memegang prinsip nilai keluarga dengan teguh.
Jumlah pengguna media sosial terus meningkat setiap hari, dan bahkan platform baru yang berkembang pun semakin populer. Mengapa fenomena ini bisa terjadi? Hal ini disebabkan oleh pengaruh tekanan sosial dan norma yang ada dalam suatu kelompok. Ketika banyak orang tampak melakukan sesuatu secara bersamaan, menjadi sulit bagi kita untuk tidak mengikuti mereka. Tekanan ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, terutama perilaku. Seseorang dapat merasa sangat tidak nyaman jika tidak mengikuti tren yang sedang populer.
Manusia memiliki kecenderungan untuk diakui. Karena itu, kita merasa lebih nyaman ketika orang lain mengenali dan menerima kita dalam kelompok sosial. Kita ingin diterima dengan menjadi bagian dari kelompok, takut untuk dikucilkan. Tidak ada yang ingin terlihat aneh atau berbeda dalam kelompoknya. Keinginan untuk menjadi bagian dan diterima dalam hubungan sosial seringkali membuat kita mengadopsi norma dan tindakan yang dilakukan oleh banyak orang, meskipun itu mungkin tidak benar.
Fenomena ikut-ikutan kini tersebar luas. Banyak orang mengikuti idola mereka, teman, tetangga, pasangan, atau masyarakat secara umum. Budaya ini dapat berdampak signifikan. Misalnya, ketika sebuah kelompok memegang nilai yang salah, namun karena diikuti banyak orang, nilai tersebut bisa dianggap benar.
Kejahatan yang dilakukan oleh banyak orang dapat dianggap sebagai kebenaran, meskipun pada kenyataannya tetap salah. Budaya ikut-ikutan ini juga terjadi di dalam gereja. Beberapa orang mungkin awalnya pergi ke gereja karena mengikuti orang lain. Di gereja, mereka mungkin terlibat dalam pelayanan atau mengambil kebijakan hanya karena ikut-ikutan. Ini bukanlah perilaku yang baik, karena kebanyakan dari mereka sebenarnya tidak memahami alasan di balik tindakan mereka. Mereka melakukan sesuatu hanya karena melihat banyak orang lain melakukannya.
Memang, fenomena ini dapat berbahaya jika kita berhenti mempertimbangkan logika dan kebenaran, sehingga hidup kita menjadi sekadar mengikuti tren semata. Misalnya, jika kita terpengaruh untuk melakukan hal yang salah. Tanpa prinsip yang kuat, kita akan terbawa oleh arus zaman.
Beradaptasi dengan zaman itu penting, namun mengikuti arus tanpa prinsip yang benar sangat tidak disarankan. Menolak untuk mengikuti ketika semua orang melakukannya adalah hal yang sulit. Diperlukan keberanian besar untuk melawan arus, terutama karena biasanya orang tidak ingin terlihat berbeda dari yang lain.Hidup di dunia yang dipenuhi dengan keinginan duniawi yang dianggap membahagiakan oleh mereka yang tidak takut akan Tuhan bukanlah hal yang mudah. Jika tidak berhati-hati, kita bisa terjerumus ke dalamnya dan harus siap menanggung konsekuensinya. Lingkungan pertemanan yang tidak sehat sering kali menjerumuskan seseorang ke dalam dosa. Akibatnya, kita harus menanggung konsekuensi tersebut, dan penyesalan seringkali datang terlambat.
Pada awalnya, kita mungkin dapat menolak, tetapi seiring waktu, apa yang kita anggap sebagai dosa mulai tampak menarik, menyenangkan, dan indah. Namun, banyak kejahatan di mata Tuhan yang tampak biasa saja, dan kita pun mulai memberikan toleransi. Akibatnya, orang yang sebelumnya baik dapat berubah menjadi sosok yang tidak lagi sensitif terhadap dosa.
Tuhan Yesus dalam hidup-Nya di dunia seringkali melawan arus yang ada. Hal ini membuat Dia dimusuhi oleh banyak kelompok. Sebagai murid-murid Yesus, jika kita mengikuti jejak-Nya, kita mungkin akan mengalami hal yang serupa. Kita mungkin akan menjadi orang yang berbeda dan menghadapi banyak fitnah. Namun, jangan takut, karena jika kita mengikuti Tuhan Yesus, kita akan menerima pahala dari-Nya yang jauh lebih berharga daripada apa pun di dunia ini. "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna" (Roma 12:2). Sebagai orang tua, jangan pernah lupa untuk mendidik anak-anak kita agar mereka juga tetap teguh dalam Tuhan Yesus, tidak mudah terpengaruh atau mengikuti arus dunia. Biarlah segala tingkah laku kita selalu menjadi contoh yang positif bagi anak-anak kita.
Hal-hal seperti ini memang sering terjadi dalam kehidupan. Hidup di dunia yang dipenuhi dengan keinginan daging yang dikejar oleh mereka yang tidak takut akan Tuhan memang tidak mudah. Mereka berada di sekitar kita, selalu menawarkan sesuatu yang tampak menarik di permukaan. Jika kita tidak waspada, kita bisa terjerumus ke dalamnya dan melupakan konsekuensi yang harus ditanggung ketika dosa menguasai kita.
Lingkungan pertemanan yang tidak mendukung sering kali menjerumuskan seseorang ke dalam dosa. Kita akan menanggung konsekuensinya, dan penyesalan sering kali datang terlambat. Apakah ini berarti kita harus menutup diri dari berteman dengan banyak orang? Tentu tidak. Kita boleh berteman dengan siapa saja, namun kita harus selektif dalam memilih teman karena tidak peduli seberapa kuat iman kita, jika kita terus-menerus bertoleransi terhadap dosa, lambat laun kita dapat terpengaruh dan mengikuti bujukan mereka.
Posting Komentar
Karena saya percaya pengalaman Anda adalah berharga bagi keluarga lainnya.