Pemuridan itu Seharusnya dari Sekolah Keluarga Dulu
Apakah kita, sebagai orang tua, dapat mendidik anak-anak kita agar mereka tumbuh menjadi individu yang spiritual dan bertakwa kepada Tuhan? Keluarga kita harus menjadi tempat pendidikan yang ideal bagi mereka.
Tidak seharusnya ada kerutan di dahi sebagai tanda ketidak setujuan ketika saya mengatakan bahwa setiap orang tua dapat mendidik anak-anaknya. Anak-anak dilahirkan dan tumbuh baik secara fisik maupun interaksi pertama kali di rumah kita, sebelum kita percayakan mereka kepada orang lain. Oleh karena itu, kita seharusnya menjadi guru pertama bagi mereka.
Ketidaksetujuan dapat menjadi masuk akal dalam konteks pemuridan, di mana sebagian orang menganggapnya sebagai mengajar Alkitab secara konsisten, mendidik anak dengan disiplin rohani, dan memberikan pengetahuan rohani yang mendalam agar seseorang yang dipuridkan dapat tumbuh secara rohani dengan luar biasa. "Itu kan pekerjaan penginjil, guru agama Kristen, atau bahkan hanya pendeta yang dapat melakukannya," begitulah anggapan umumnya.
Namun, sebenarnya proses pemuridan anak-anak itu sederhana dan tidak rumit, sehingga kita tidak perlu sepenuhnya menyerahkan tanggung jawab pemuridan ini kepada orang lain. Masalahnya, kita sering dihadapkan pada pemahaman pemuridan yang rumit dan seolah-olah hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu. Seberapa sederhanakah sebenarnya pemuridan itu?
Ketika Tuhan memberikan perintah kepada umat-Nya untuk mengajarkan kasih kepada Tuhan kepada anak-anak, seperti yang tertulis dalam Keluaran 6:6-7, "Apa yang kuperintahkan kepadamu hari ini haruslah kamu perhatikan. Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dan membicarakannya ketika kamu duduk di rumahmu, ketika kamu dalam perjalanan, ketika kamu berbaring, dan ketika kamu bangun." Inilah esensi dari pemuridan dalam arti yang paling sederhana.
Kita berupaya menyederhanakan kehidupan sehari-hari dengan memahami konsep pemuridan yang tercantum dalam Kitab Ulangan 6:6-7. Perintah tersebut berbunyi, “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan!” Hal ini menjadi prinsip dasar bagi kita, para orang tua, dalam mendidik anak-anak. Intinya, kita harus terlebih dahulu menghayati firman Tuhan. Tanpa minat yang tulus terhadap firman Tuhan, kita tidak bisa berharap untuk mendidik dengan efektif. Bagaimana mungkin kita mendidik keluarga atau anak-anak kita jika kita sendiri belum dapat mendidik diri sendiri?
Tugas pemuridan akan menjadi lebih mudah ketika kita memberikan contoh terlebih dahulu dari apa yang akan kita ajarkan kepada anak-anak kita, sesuai dengan perintah lanjutannya, "engkau harus mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya ketika engkau duduk di rumahmu," sebuah perintah yang tegas dan praktis bagi kita para orang tua. Mengajarkan berulang-ulang merupakan hasil dari apa yang telah kita amati sebelumnya, dan mengajarkan di setiap kesempatan saat kita berada di rumah.
Oleh karena itu, mendidik keluarga, yang merupakan tanggung jawab utama orang tua, harus dilakukan sebelum kita menyerahkannya kepada pihak lain, seperti guru sekolah minggu, gereja, atau siapa pun. Pendidikan dan pemuridan seharusnya dimulai dari dalam keluarga terlebih dahulu.
Posting Komentar
Karena saya percaya pengalaman Anda adalah berharga bagi keluarga lainnya.