Resiko Sogokan Pada Anak
Sogokan pada anak adalah pemberian sesuatu kepada anak supaya mengikuti apa yang diinginkan orang tua, walaupun hal tersebut melanggar aturan yang sudah disepakati.
Seperti halnya arti sogokan yaitu memberi suap atau membayar sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Kalau kita sematkan pada arti menyogok kepada anak yaitu kita memberikan, atau meloloskan sesuatu kepada anak, supaya anak tersebut mendengar apa yang diinginkan oleh orang tua. Supaya menjadi jelas, saya ingin mencontohkan hal berikut ini.
Suatu saat saya menerima
seorang tamu jauh dan cukup lama tidak berjumpa. Kami akhirnya terlibat dengan
obrolan yang sangat gayeng dan sangat mengasyikkan. Tapi ketika kami sedang
berbicang-bincang dengan serunya, tiba-tiba anak saya kedua, kala itu masih di
bangku sekolah dasar datang merengek-rengek ingin membeli makanan di sebuah
toko kelontong.
Sebenarnya saya tidak mau
diganggu dengan rengekan anak saya itu, karena kami lagi serius melepas kangen
dengan tamu saya, tapi juga kami ingin bebas berbicara dengan tamu tanpa
kehadiran orang lain. Hari itu bukan hari libur di mana anak-anak sebenarnya
tidak boleh menghidupkan komputer PC untuk sekedar bermain. Mereka harus fokus
dengan belajar yang sudah menjadi aturan yang sudah sama-sama disepakati.
Maka seperti biasa anak saya
itu terus berusaha untuk ‘mengganggu’ tanda kutip ya, mengganggu saya. Saya tahu
dia punya satu tujuan yaitu, ia akan diperbolehkan untuk membuka komputer pada
hari biasa dan dia bisa bermain game kesukaannya. Saya tahu pola permainan anak
saya tersebut, di saat saya sibuk sesuatu, biasanya dia akan berusaha sekuat
tenaga supaya tujuannya tercapai. Dan anak saya berhasil.
Apa yang saya lakukan itu
sebenarnya bentuk sebagai sogokan kepada anak, supaya saya yang dalam keadaan
kepepet bisa mengambil tindakan membolehkan apa yang seharusnya dilarang. Bukan
soal menghidupkan komputer di hari biasa, tapi soal aturan yang sudah disepakati,
kini sudah dilanggar. Sogokan bisa dalam banyak bentuk, dan anak pintar dalam
menentukan titik lemah orang tua, supaya berhasil.
Saya sering juga melihat ada
orang tua akhirnya memberikan ponselnya di saat-saat dia sedang sibuk yang
tidak boleh ada gangguan. Dan cara mendapatkan ponsel itu dengan rayuan rewel,
dan kita orang tua menyogoknya dengan ponsel kita lepas untuk dimainkan, dan
dia berhasil. Harus diingat bahwa, sogokan dengan anak dengan berbagai bentuk
tersebut bisa menjadi ketagihan. Hingga anak-anak tahu pola kerjanya, kapan
waktu yang tepat orang tua bisa dirayu dan akhirnya orang tua tidak kuasa
menolaknya, dengan cara menyogok anak.
Masalahnya, bila sogokan ini menjadi pola untuk memudahkan kita sebagai orang tua untuk mencapai suatu tujuan tertentu maka baik anak maupun orang tua akhirnya merusak tatanan yang sudah disepakati bersama. Akhirnya peraturan tidak jelas.
Kalau begitu bagaimana kita
bisa mengantisipasi dikeluarkannya jurus rayuan dan berkhir pada sogokan
tersebut? Tetaplah konsisten kepada peraturan yang sudah disepakati bersama
orang tua dan anak. Jangan memberi peluang satu kalipun peraturan tersebut
dirusak. Tetaplah pada tujuan yaitu anak-anak bisa disiplin. Berilah pengertian
mengapa orang tua harus menolak dengan permintaan mendadak tersebut ketika
dengan mengingatkan kepada aturan dan memberikan pengertian yang jelas hingga
anak memakluminya.
Posting Komentar
Karena saya percaya pengalaman Anda adalah berharga bagi keluarga lainnya.