Resiko Sogokan Pada Anak

Daftar Isi

 

Sogokan pada anak adalah pemberian sesuatu kepada anak supaya mengikuti apa yang diinginkan orang tua, walaupun hal tersebut melanggar aturan yang sudah disepakati.

Seperti halnya arti sogokan yaitu memberi suap atau membayar sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Kalau kita sematkan pada arti menyogok kepada anak yaitu kita memberikan, atau meloloskan sesuatu kepada anak, supaya anak tersebut mendengar apa yang diinginkan oleh orang tua. Supaya menjadi jelas, saya ingin mencontohkan hal berikut ini. 

Suatu saat saya menerima seorang tamu jauh dan cukup lama tidak berjumpa. Kami akhirnya terlibat dengan obrolan yang sangat gayeng dan sangat mengasyikkan. Tapi ketika kami sedang berbicang-bincang dengan serunya, tiba-tiba anak saya kedua, kala itu masih di bangku sekolah dasar datang merengek-rengek ingin membeli makanan di sebuah toko kelontong.

Sebenarnya saya tidak mau diganggu dengan rengekan anak saya itu, karena kami lagi serius melepas kangen dengan tamu saya, tapi juga kami ingin bebas berbicara dengan tamu tanpa kehadiran orang lain. Hari itu bukan hari libur di mana anak-anak sebenarnya tidak boleh menghidupkan komputer PC untuk sekedar bermain. Mereka harus fokus dengan belajar yang sudah menjadi aturan yang sudah sama-sama disepakati.

Maka seperti biasa anak saya itu terus berusaha untuk ‘mengganggu’ tanda kutip ya, mengganggu saya. Saya tahu dia punya satu tujuan yaitu, ia akan diperbolehkan untuk membuka komputer pada hari biasa dan dia bisa bermain game kesukaannya. Saya tahu pola permainan anak saya tersebut, di saat saya sibuk sesuatu, biasanya dia akan berusaha sekuat tenaga supaya tujuannya tercapai. Dan anak saya berhasil.

Apa yang saya lakukan itu sebenarnya bentuk sebagai sogokan kepada anak, supaya saya yang dalam keadaan kepepet bisa mengambil tindakan membolehkan apa yang seharusnya dilarang. Bukan soal menghidupkan komputer di hari biasa, tapi soal aturan yang sudah disepakati, kini sudah dilanggar. Sogokan bisa dalam banyak bentuk, dan anak pintar dalam menentukan titik lemah orang tua, supaya berhasil.

Saya sering juga melihat ada orang tua akhirnya memberikan ponselnya di saat-saat dia sedang sibuk yang tidak boleh ada gangguan. Dan cara mendapatkan ponsel itu dengan rayuan rewel, dan kita orang tua menyogoknya dengan ponsel kita lepas untuk dimainkan, dan dia berhasil. Harus diingat bahwa, sogokan dengan anak dengan berbagai bentuk tersebut bisa menjadi ketagihan. Hingga anak-anak tahu pola kerjanya, kapan waktu yang tepat orang tua bisa dirayu dan akhirnya orang tua tidak kuasa menolaknya, dengan cara menyogok anak.

Masalahnya, bila sogokan ini menjadi pola untuk memudahkan kita sebagai orang tua untuk mencapai suatu tujuan tertentu maka baik anak maupun orang tua akhirnya merusak tatanan yang sudah disepakati bersama. Akhirnya peraturan tidak jelas.

Kalau begitu bagaimana kita bisa mengantisipasi dikeluarkannya jurus rayuan dan berkhir pada sogokan tersebut? Tetaplah konsisten kepada peraturan yang sudah disepakati bersama orang tua dan anak. Jangan memberi peluang satu kalipun peraturan tersebut dirusak. Tetaplah pada tujuan yaitu anak-anak bisa disiplin. Berilah pengertian mengapa orang tua harus menolak dengan permintaan mendadak tersebut ketika dengan mengingatkan kepada aturan dan memberikan pengertian yang jelas hingga anak memakluminya.

Posting Komentar