Memutus Rantai Kesalahan Masa Lalu dalam Pola Asuh Mendidik Anak

Daftar Isi


Apakah kita mendidik anak berdasarkan pengalaman kita dididik oleh orang tua kita?  Bisa jadi, dan tentu saja banyak dari kita yang dididik oleh orang tua berdasarkan oleh insting dan pengetahuan terbatas. Dan terkadang pola asuh orang tua kita dulu yang kita terima ingin kita terapkan juga ketika mendidik anak-anak kita?

Apakah pendidikan yang kita terima dari orang tua kita dulu semua salah? Bukan itu yang kita maksud, tetapi tidak semua pola asuh pendidikan orang tua kita dulu yang diterapkan dalam mendidik kita semuanya benar dan selalu tepat. 

Misalkan saja, ada di antara kita dididik dengan sangat keras, bentakan dan kata-kata verbal yang menyakitkan bisa jadi menjadi pengalaman banyak orang, hingga penggunaan fisik dalam memberikan disiplin kepada kita juga bisa terjadi. Lalu apakah kita juga akan menerapkan pola asuh dengan mendidik anak-anak yang sama yang akan kita terapkan karena dulu kita sudah merasakannya? Kan tentu tidak!

Benar, memang menjadi orang tua itu bukan hanya kita bertanggung jawab dengan kebutuhan fisik saja, tetapi pendidikan dalam rumah tangga juga menjadi bagian dari kita. Itu ada di pundak kita. Penulis Amsal memberikan penjelasan bagaimana tanggung jawab itu ada di tangan kita. Amsal 6:20, Hai anakku, peliharalah perintah ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu.” Artinya kita jangan berhenti untuk memberikan yang terbaik, karena di tangan kitalah tanggung jawab itu berada.

Kembali kepada soal memberikan yang terbaik kepada anak-anak kita tadi, tentu saja kita tidak ingin menyalahkan orang tua kita dulu, karena bisa jadi saat itu pola yang dilakukan secara umum berlaku saat itu. Mereka orang tua kita itu pastilah melakukan semuanya dengan tujuan yang baik, hanya saja bila pola asuhnya salah, maka kita pun harus memutus rantai kesalahan tersebut dalam periode kita. Bagaimana caranya?

Pertama yang harus dilakukan adalah bagaimana kita mencoba untuk mengidentifikasi pola-pola asuh bagian mana yang ternyata sudah kita terapkan kepada anak-anak kita karena kita mengalaminya dulu. Di sinilah kita perlu mengevaluasi pola suh yang sudah kita lakukan yang keliru untuk diterapkan. Mengidentifikasi dan mengevaluasi akan memberikan kesadaran kepada kita untuk tidak mengulanginya.

Kedua, cobalah untuk mencari tahu dari berbagai sumber terpercaya bagaimana pola asuh yang baik untuk mendidik anaka-anak kita. Kemudian bandingkan bagian-bagian mana pola asuh yang sudah kita terima dengan pendidikan pola asuh yang baik yang akan kita terapkan tersebut. Kalau kita punya dana untuk mengikuti seminar atau kelas-kelas parenting untuk menyerap berbagai pola pendidikan terhadap anak-anak kita.

Ketiga, biasanya pengalaman masa lalu bisa saja muncul di saat-saat di mana kita berada dalam keadaan yang tidak normal, misalnya stres, tertekan, dan berada dalam masalah hidup yang pelik. Di sinilah kita sebagai orang tua terpancing untuk melakukan hal-hal yang pernah kita alami dulu untuk kita terapkan kepada anak-anak. Dan dalam kondisi seperti itu kita perlu belajar mengendalikan diri dan berusaha untuk tenang ketika menghadapi anak-anak yang bisa saja seperti menggoda kita, dan ingatlah akan tujuan kita mendidik anak, yaitu supaya anak-anak menjadi orang yang sehat dan tidak terluka karena kekerasan verbal apalagi fisik.

Keempat, lakukan evaluasi bila perlu terhadap pola asuh yang sudah kita terapkan kepada anak-anak kita. Lakukan diskusi dengan pasangan supaya saling mengoreksi apa yang sudah kita lakukan kepada anak-anak sebagai bentuk koreksi kepada masing-masing pihak. Jangan malu untuk meminta maaf dan juga tidak takut untuk mengakui kesalahan dan kekeliruan yang kita lakukan dalam mengasuh dan mendidik anak. Ini penting untuk memutus rantai kesalahan masa lalu dalam menerapkan pola asuh terhadap anak-anak yang kita cintai. Kemudian menerapkan pola asuh yang baru dengan tujuan untuk kebaikan anak-anak kita. 

Posting Komentar