Perdebatan yang Baik Akan Menghasilkan Kesimpulan

Daftar Isi

Dalam berkomunikasi terkadang kita terlibat perdebatan dengan pihak lain. Perdebatan bisa menghasilkan kesepakatan dan kesimpulan yang baik, tapi tidak jarang perdebatan hanya memancing emosi. Makanya kita mengenal debat yang baik tapi juga debat kusir.

Berdebat yang baik memang perlu berlatih karena berdebat yang baik bukan hanya sekedar mengeluarkan kata-kata tanpa arah, tapi justru debat itu sendiri di dalamnya ada faktor mengutarakan pendapat supaya bisa diterima oleh pihak lain. Kemudian bila gagasan kita dianggap lemah, kita bisa mempertahankan. Lalu bila pihak lawan memberi perbandingan gagasan, kita harus siap untuk mengadu gagasan tersebut, dan gagasan mana yang lebih baik.

Saat ini media massa khususnya televisi memberikan fasilitas yang baik bagi siapa pun yang memiliki gagasan untuk diutarakan, serta pihak lain yang kontra dengan gagasan tersebut dalam acara-acara debat. Tentu saja perdebatan disampaikan secara formal dan di dalamnya ada aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh penyelenggara.

Tapi dalam keseharian kita juga sering terlibat perdebatan dengan orang-orang yang sering berinteraksi dengan kita. Orang tua berdebat dengan anak, suami berdebat dengan istri, pembeli berdebat dengan penjual dan seterusnya. Nah, baik juga kalau kita mengerti sedikit-sedikit mengenai prinsip debat itu sendiri, supaya kita bisa berjaga-jaga bila suatu saat kita terlibat perdebatan dengan pihak lain. Yaitu penggunaan prinsip-prinsip perdebatan yang baik. Apa itu?

Perdebatan yang baik itu bukan hanya bertujuan untuk memenangkan perdebatan, dan mengesampingkan fakta. Perdebatan yang baik tidak menyertakan emosi sehingga argumennya tidak relevan, tidak menyerang pribadi untuk menjatuhkan, atau meremehkan lawan,  serta tidak menggunakan prinsipnya pokoknya pendapat saya yang benar, dan kekeh dengan apa yang kita pegang tanpa mempertimbangkan gagasan orang lain. Bila prinsip-prinsip tersebut digunakan maka kita sebenarnya masuk ke dalam debat kusir.

Ketika Paulus berada di Atena yang dicatat oleh dokter Lukas dalam Kisah Rasul 17:17 terlibat dalam "bertukar pikiran" dengan banyak orang di kota tersebut, ia dikomentari oleh berbagai golongan yang ada di kota tersebut dengan menyebut Paulus sebagai "si peleter". Lalu di Agripa yang dicatat dalam Kisah Rasul 26:24 setelah Paulus mengungkapkan gagasan-gagasannya, seorang pejabat tinggi bernama Festus berkata dengan suara keras: "Engkau gila, Paulus! Ilmumu yang banyak itu membuat engkau gila."

Akhirnya, yang paling penting adalah, ketika kita terlibat dalam sebuah perdebatan perlu diingat, saat orang yang berdebat dengan kita itu tidak memiliki prinsip-prinsip perdebatan yang baik, lebih baik kita menghentikan supaya kita tidak masuk ke dalam perangkap debat kusir. Di sana kita tidak akan menemukan kesimpulan dari apa yang kita perdebatkan.

Posting Komentar