Kesabaran Mendidik Anak Seperti Apa Menurut Ahli?
Daftar Isi
Kesabaran mendidik anak seperti apa menurut banyak ahli pendidikan untuk menghasilkan yang terbaik bukan menurut keinginan orang tua saja, tapi berpadanan dengan sifat dan pembawaan anak itu sendiri.
Penulis Amsal 22:6 mengingatkan kita sebagai orang tua untuk mendidik anak, artinya pendidikan awal terhadap anak-anak kita itu dimulai dari orang tua, bukan dari siapa-siapa. "Didiklah anak dalam jalan yang seharusnya, dan apabila ia sudah tua, ia tidak akan menyimpang darinya." Dan kesabaran sangat dituntut dalam pendidikan tersebut untuk hasil yang bisa dirasakan di masa mendatang.
Kesabaran sebagai orang tua dalam mendidik anak perlu dimulai dari anak-anak mengenal kita sebagai orang tuanya. Dorothy Law Nolte penulis puisi klasik cukup terkenal, "Children Learn What They Live" menulis bahwa anak-anak itu belajar pertama kalinya dari keluarganya, kita orang tua, bapak dan ibu. Dari bangun hingga tidur kembali, dia akan memperhatikan bagaimana kita bersikap, bagaimana kita bicara, bagaimana memberi respon dan seterusnya. Semuanya direkamnya menjadi bangunan pengertian yang coba disusun oleh anak untuk menjadi pelajaran bagaimana dia bersikap.
Bisa saja kita sebagai orang tua tidak menyadarinya, atau karena pandangan yang berlaku di lingkungan kita bahwa, "Apalah anak-anak yang masih kecil. Dia pasti tidak mengerti apa-apa, dia terlalu kecil untuk menangkap pelajaran dari kehidupan yang terjadi di keluarga ini." Jadi bisa saja kita anggap tidak penting semua momen yang kita ciptakan.
Momen-momen itu yang dipelajari oleh anak, dan ketika kita tampil sebagai orang tua yang atau keluarga di tempat kita penuh dengan ketidaksabaran, ketidak ramahan, maka itu pulalah yang direkam anak. "Tapi saya tidak ramah dengan pengemis, saya tidak ramah dengan PRT, saya tidak ramah dengan tukang, saya tidak ramah dengan tetangga. Tapi dengan anak, saya berusaha mengajarinya supaya bersikap ramah dengan saudara-saudaranya, sepupunya, ramah dengan eyangnya, dan orang-orang yang kita hormati."
Dalam proses anak belajar dari lingkungan itulah konsisten dan kesabaran dibutuhkan, karena pendidikan terhadap anak secara non formal itu bukan hanya kata-kata yang kita ucapkan, tapi perbuatan kita turut punya andil. Ketika anak salah menangkap apa yang kita maksud, bukan berarti mereka lamban mengikuti apa yang kita sampaikan, tapi bisa jadi anak keliru menafsirkan, atau jangan-jangan kitalah yang mengajarkan anak menjadi sosok yang ambigu.
Sehingga kita selain bersikap terus belajar untuk membekali diri dalam mendidik anak, tapi juga sabar dalam membimbing anak yang kita anggap salah. Kata ahli psikologi pendidikan anak Dr. John Gottman, respon orang tua terhadap kesalahan anak itu berpengaruh dengan perkembangan emosional anak-anak tersebut. Jadi, orang tua jangan langsung kesal apalagi mengungkapkan kemarahan saat anak salah, tapi bagaimana kita sebagai orang tua membimbingnya dan memberitahu dengan baik.
Maka benar apa yang disampaikan oleh ahli pendidikan anak lain Maria Montessori yang cukup dikenal luas tersebut yang mengatakan bahwa, kita seharusnya memberi kesempatan kepada anak dalam belajar dan memahami apa pun tanpa ada tekanan dalam bentuk apa pun, verbal maupun nonverbal. Biarkan anak mengeksplor apa yang ada di sekitarnya, dan biarkan dia menganalisa sendir sesuai dengan ritme dan sifat yang dimilikinya.
Lalu apakah kita akan membiarkan saja apa maunya anak? Tentu tidak, namanya belajar tentu setiap orang bisa saja menangkap dengan keliru, dan kita patut membimbingnya tanpa ada tekanan. Perlu juga ada hadiah sebagai bentuk penghargaan dengan keberhasilannya, dan memberikan hukuman tapi bukan karena keduanya, tapi karena motivasi yang terbangun dengan baik dari anak itu sendiri.
Posting Komentar
Karena saya percaya pengalaman Anda adalah berharga bagi keluarga lainnya.