Perbedaan Posesif dan Protektif serta Toksik
Daftar Isi
Posesif dan protektif punya kaitan yaitu sama-sama punya keinginan untuk memiliki dengan berbagai cara, namun protektif berbicara mengenai cara yang dilakukan oleh seorang dengan memberi kebebasan. Toksik akibat dari posesif.
Persamaan dari ketiganya dalam konteks hubungan bisa jadi sama-sama punya keinginan untuk memiliki dan enggan untuk melepas sebagai bentuk kasih sayang dan kepedulian terhadap orang yang menjadi fokus. Hanya saja posesif lebih kepada pengontrolan kepada seseorang secara berlebihan. Sementara protektif lebih kepada cara memberikan keamanan dengan memberi penjagaan yang ketat, namun memberikan kebebasan kepada orang tersebut.
Kalau dilihat dari motivasinya, Posesif lebih kepada perasaan cemburu yang berlebihan, merasa memiliki penuh dan takut kehilangan "milik" tadi. Sedangkan protektif berangkat dari keinginan memiliki tapi didasarkan pada kepedulian, dan ingin menjaganya. Dari segi dampak, tentu saja posesif akan mengakibatkan pasangan merasa terkekang, tidak tidak punya kebebasan yang tentu akan mengakibatkan tidak nyaman dan bahkan seperti terpenjara. Misalnya saja, orang yang posesif akan melarang pasangannya mengikuti acara-acara yang memungkinkan bisa berjumpa dengan orang lain, karena merasa takut nantinya pasangannya tersebut akan jatuh hati dengan orang lain. Misalnya mengadakan reuni sekolah, maka orang yang posesif melarangnya karena takut nantinya akan memunculkan cinta dengan teman lamanya dan seterusnya.
Berbeda dari protektif, selama dilakukan secara seimbang maka protektif akan memberi rasa aman, dan nyaman. Tapi sama halnya dengan apa yang bersifat berlebihan, dampaknya juga tidak mengenakkan bagi orang yang diberi pengamanan lebih tersebut. Kalau mengambil contoh suami yang ingin mengikuti reuni sekolah, dia mungkin saja mengantar dan bahkan turut serta reuni tersebut karena dia ingin memastikan bahwa istrinya terjaga keselamatan dan keamanannya.
Posesif Sebagai Bentuk Komunikasi yang Buruk
Walau kita sering mendengar kata posesif dalam kehidupan sehari-hari, tentu posesif ini berhubungan dengan hubungan dalam berbagai bentuk. Misalnya seseorang posesif dengan teman, sahabat, keluarga, kekasih dan bahkan pasangan. Sederhananya, posesif adalah soal kepemilikan terhadap orang lain. Contohnya, engkau milikku, aku milikmu, dia miliknya dan seterusnya. Namun Ketika posesif ini disematkan kepada sikat seseorang maka posesif bermakna tidak enak didengar. Sifat posesif seseorang bisa jadi sulit memberikan kebebasan kepada pasangannya karena takut kehilangan, takut terlepas dari genggamannya, bentuknya bisa jadi seperti cemburu yang di luar batas.
Kalau posesif ini sudah menjadi kecenderungan pada sebuah pasangan misalnya muncul dalam hubungan suami istri yang bentuknya bisa berupa mengontrol pasangan dengan berlebihan, akibatnya ia akan membatasi pasangan yang pasti akan menjadikan hubungan tidak sehat. Ada orang yang mengatakan, tapi aku senang lo, dijadikan obyek posesif. Karena aku merasa dibutuhkan, dianggap sangat berharga. Tapi, jangan salah bahwa manusia yang sehat adalah manusia yang merdeka dalam arti, ia tidak dikekang dalam seluruh kehidupannya.
Karena jika kontrol dari seseorang terhadap kita sudah berlebihan maka hal tersebut berdampak kepada kesulitan untuk mengambil keputusan, dan bisa saja berada dalam bayang-bayang ketakutan. Tidak bisa dibayangkan bahwa bentuk komunikasi apa yang akan dibangun jika salah satu pihak punya kontrol penuh. Pastilah yang terjadi, tidak ada diskusi yang akan menghasilkan keputusan yang memberi kepuasan kepada keduanya.
Hubungan posesif bisa menghasilkan intimidasi yang menjadikan pasangan sulit untuk mengembangkan komunikasi yang baik. Apalagi bila orang yang posesif tadi bukan hanya melarang, tapi bila merasa apa yang dilakukannya belum dirasa cukup untuk memuaskan rasa ingin memilikinya tadi dengan ancaman, maka semakin lengkapkan bentuk komunikasi yang tidak afektif.
Komunikasi yang baik dalam hubungan suami dan istri akan menghasilkan hubungan yang efektif supaya kebersamaan tetap terjaga. Namun bagaimana hal itu terjadi bila salah satu dari keduanya posesif. Yang timbul adalah munculnya berbagai kecurigaan dari setiap tindakan. Kecemburuan yang tidak pada tempatnya bisa menjadikan orang tidak merasa nyaman. Orang yang dicemburui bisa saja akan selalu takut untuk bertindak, dan berhati-hati dalam bersikap. Karena yang dipikirkan adalah jangan-jangan pasangan akan mengartikan lain dari apa yang dilakukan. Sehingga dari segi hubungan nantinya akan menjadi hubungan toksik.
Apa itu Hubungan Toksik?
Seperti namanya toksik, yaitu mengandung racun dan berbahaya yang berasal dari bahasa Inggris yaitu toxic yaitu beracun atau berbahaya maka hubungan dengan memiliki unsur toksik akan merugikan hubungan itu sendiri secara pelan-pelan atau bahkan dengan cepat. Karena toksik hanya menghasilkan ketidak bahagiaan bagi siapapun yang terlibat di dalamnya.
Kedekatan perilaku posesif dan toksik ini bisa dilihat dari sikap yang ditunjukkan dalam komunikasi. Ia akan melakukan kontrol kepada pasangan dan bahkan untuk mencapai tujuannya, bisa saja ia akan memanipulasi pasangan supaya nantinya pasangan bisa dikendalikan. "Kamu jangan nonton bioskop bareng-bareng temanmu, aku tidak setuju. Jangan semaumu," Pengendalian ini tentu saja diputuskan oleh seorang saja, tidak ada ruang diskusi, padahal ada alasan kenapa ingin nonton dengan teman-teman lamanya yaitu karena teman lamanya itu ingin kumpuil bareng, sudah lama tidak bertemu, sementara temannya itu baru pulang dari tempat jauh. Semua alasan itu tidak masuk di akal bagi orang toksik.
Bila hubungan seperti itu maka sebenarnya ada ketidakseimbangan dalam hubungan pasangan yang salah satunya toksik yaitu yang satu harus selalu berkorban dan menuruti apa yang menjadi kemauan yang lain. Sementara dari pihak yang toksik malah sebaliknya selalu menuntut dan tidak memberikan pilihan. Hubungan model ini bila tidak disadari, justru semakin meningkat, dalam pengertian, bila ternyata keinginan si toksik tidak terpenuhi, bisa saja ia akan bertindak negatif seperti melecehkan secara verbal, meremehkan atau juga mengejek.
Selain kesadaran yang sangat penting bagi si toksik yaitu mulai berbicara dengan pasangan. Karena jika komunikasi tidak bisa dibangun, maka yang ditakutkan tidak adanya pengendalian diri yang bisa berkembang menjadi kekerasan, baik kekerasan verbal yang menambah runyamnya hubungan atau malah kekerasan fisik.
Kekerasan verbal saja bisa menyakitkan khususnya perasaan, apalagi bila sampai munculnya kekerasan fisik, itu akan menjadikan hubungan semakin renggang dan tidak mudah untuk dipulihkan dalam sekejap. Sehingga posesif dan bila berkembang menjadi toksik bukan hanya menjadikan pihak lain akan menguras energi dan emosi pihak lain dalam hal ini pasangan di mana di dalamnya orang akan merasa stress, diliputi kecemasan, dan otomatis hubungan model seperti itu tidak akan merasakan kebersamaan yang menghasilkan kebahagiaan.
Bagaimana Cara Hidup Bersama Orang Posesif?
Kalau kita ditakdirkan untuk hidup bersama dengan orang yang posesif, maka yang harus dilakukan adalah berusaha untuk menyadarkan sikap posesif yang dimiliki oleh pasangan. Mungkin sikap ini tidak terlihat sebelumnya ketika berada pada masa-masa pacaran atau memulai hubungan, atau memang sudah bisa merasakan gejala-gejalanya. Maka menolongnya merupakan sikap yang baik, apalagi bila kita sangat mencintainya, atau malah sudah sah menjadi suami dan istri. Menyadarinya akan membuka peluang untuk mengubah pelan-pelan sikap posesifnya.
Berikutnya adalah, membangun komunikasi yang baik, di mana dalam hubungan sikap saling terbuka bisa memberi peluang untuk membicarakannya dengan santai dan baik-baik. Membangun komunikasi ini sangat penting karena dari komunikasi tersebut semua pihak membuat kesepakatan mengenai banyak hal. Kesepakatan akan menjadi pengingat mengenai aturan yang jelas dan berlaku dalam keluarga.
Sikap posesif sering terpancing terhadap seseorang karena bisa jadi pasangan tidak bisa dipercaya. Taruhlah karena suatu waktu ketahuan sedang membuka hubungan dengan orang lain yang lawan jenis sehingga menimbulkan kecurigaan. Maka membangun kepercayaan pasangan dan meyakinkannya dengan bukti, akan memberikan sedikit rasa nyaman bagi mereka yang posesif.
Posting Komentar
Karena saya percaya pengalaman Anda adalah berharga bagi keluarga lainnya.