Mendidik Anak dengan Contoh: Cara Menciptakan Kesepakatan dengan Anak

Daftar Isi


Kapan hari saya menegur anak saya yang terus memainkan ponselnya di meja makan, sementara nasi dan lauk-pauk sudah terhidang, dan acara makan tidak juga dimulai karena semuanya sedang sibuk dengan ponselnya masing-masing. Dengan nada kesal dan sedikit marah saya mengatakan, “Kalau begitu kita bubar, tidak perlu makan.” 

Rupanya tindakan saya mendapat reaksi tidak menyenangkan dari anak saya hingga memancing perdebatan panjang. Debat itu tiada akhir karena saya juga dalam posisi terpojok karena anak-anak saya mengatakan, “Kapan hari ibu, juga asyik bermain hp, sementara kita sudah siap untuk makan bersama.” Maka jalan terbaik untuk mengakhiri kekacauan di meja makan adalah kesepakatan. Bagaimana cara memulainya? Ikuti terus program ini.

 Membuat kesepakatan dengan anak adalah pendekatan yang sangat baik dalam mendidik mereka, terutama untuk mengajarkan tanggung jawab, kemandirian, dan rasa hormat. Proses ini juga membangun komunikasi dua arah yang sehat antara orang tua dan anak. Berikut adalah langkah-langkah praktis untuk membuat kesepakatan yang efektif dengan anak:

Hal pertama yang harus dilakukan untuk menciptakan kesepakatan dengan melibatkan semua anggota keluarga dalam prosesnya. Yang harus dihindari adalah Jangan hanya menetapkan aturan sepihak, hanya untuk anak, tapi untuk semuanya. Ajak anak berdiskusi. Tanyakan pendapat mereka, misalnya dalam konteks di meja makan ya, "Menurut kamu, sejak kapan ponsel tidak boleh berada di meja makan? Ketika anak merasa didengar, mereka lebih cenderung mengikuti aturan yang disepakati.

Berikutnya yaitu tetapkan aturan yang Jelas dan spesifik. Makanya kesepakatan harus konkret. Hindari aturan yang terlalu umum seperti "Jangan memegang ponsel di meja makan" dan gantilah dengan hal spesifik seperti "Selama berada di meja makan dalam rangka makan bersama hindari ponsel ada di tangan."

Tapi soal kesepakatan bersama kan harus ada konsekuensi bila ada yang melanggar, sehingga buatlah bersama konsekuensi tapi juga jangan lupa adanya penghargaan. Di sini kita bisa menanyakan pada semua "Kalau kesepakatan ini tidak dijalankan, menurut kamu apa akibat yang diterima?" Tapi juga sebaliknya ada pertanyaan, "Kalau kamu konsisten menjalankan kesepakatan, kamu ingin mendapatkan apa dalam jangka waktu tertentu?" Mengapa hal tersebut perlu, supaya mereka bisa memahami adanya hubungan sebab-akibat.

Bila kesepakatan sudah disetujui bersama maka bila perlu tulis dan tempelkan kesepakatan tersebut.  Jadi membuat kesepakatan dalam bentuk tertulis atau visual dengan melibatkan bersama-sama seperti poster sehingga diketahui dan diingat bersama. Tempel di tempat yang mudah terlihat sebagai pengingat bersama.

Sekarang, bagaimana langkah selanjutnya, ini yang perlu dicontohkan oleh kita sebagai orang tua yaitu memberikan bukti bahwa kita berusaha untuk konsisten, tapi juga jangan kaku. Maksudnya ada fleksibilitas. Misalkan, jika kita sudah membuat janji dengan orang lain lalu ponsel kita berbunyi maka kita bisa melangkah ke tempat ponsel berada yang tidak jauh dari meja makan untuk minta maaf terlebih dahulu untuk berbicara sebentar.

Terpenting adalah, anak-anak kita belajar dari apa yang kita lakukan, sehingga berilah teladan kepada anak-anak kita bahwa kita sebagai orang tua mereka adalah orang tua yang konsisten. Tunjukkan bahwa kita selaras dengan aturan yang sudah disepakati. Kata penulis Amsal 1:8: "Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu"

Jadi bagaimana para orang tua, siapkah kita bekerja sama dengan anak-anak untuk menjadi teladan dan contoh bagi anak-anak kita, yang salah satunya dengan membuat kesepakatan bersama. Bukan hanya soal penggunaan ponsel di meja makan, tapi tentang yang lain, dan semoga ini menjadi cara kita untuk mendidik mereka memiliki disiplin dalam hidup ini. Semoga.  

Posting Komentar