Apa yang Masih Bisa Kita Syukuri Hari Ini?

Daftar Isi


Kadang, di tengah kesibukan dan rutinitas, kita lupa satu hal penting: mensyukuri hidup.

Pernah suatu pagi saya duduk sendiri di teras rumah. Ada kopi hangat di tangan, suara ayam sayup-sayup, dan matahari baru mulai naik dari balik pepohonan. Itu bukan hari yang istimewa. Tidak ada berita besar. Tidak ada bonus datang. Tapi entah mengapa, pagi itu terasa… cukup. Hati saya tenang.

Saya pikir, mungkin itulah yang disebut syukur. Bukan karena semuanya sempurna. Tapi karena kita bisa melihat apa yang masih kita punya, bukan hanya yang hilang.

Saya tahu, tidak mudah. Kita hidup di zaman yang serba cepat, serba banding-bandingan. Bahkan di usia sekarang pun, kadang kita masih tergoda bertanya:
“Kenapa hidup saya begini-begini saja?”
“Kenapa orang lain lebih berhasil, lebih mapan, lebih sehat?”

Tapi saat kita sibuk melihat ke luar, kita lupa melihat ke dalam. Ke dalam rumah kita. Ke dalam hati kita. Ada banyak hal yang sebenarnya masih bisa kita syukuri hari ini.

Coba pikirkan:

  • Masih bisa bangun pagi dengan tubuh yang cukup sehat

  • Masih ada suara anak atau cucu di rumah

  • Masih ada nasi di meja makan

  • Masih bisa tertawa, meski sebentar

  • Masih ada yang menyapa, walau hanya lewat pesan singkat

Saya pernah bertemu seorang bapak tua di rumah sakit. Sudah stroke, tidak bisa bicara dengan jelas. Tapi matanya penuh cahaya. Dia bilang pelan-pelan, “Saya bersyukur masih bisa lihat istri saya duduk di samping saya setiap pagi.” Kalimatnya mungkin tidak jelas, tapi syukurnya begitu nyata.

Kadang kita merasa syukur itu harus besar-besar: rumah baru, mobil baru, prestasi besar. Tapi justru dalam hal-hal kecil itulah kita menemukan damai.

Syukur bukan soal memiliki lebih. Tapi tentang menyadari apa yang sudah ada.

Saya sendiri pernah melewati hari-hari yang berat. Saat keuangan sempit. Saat orang-orang pergi. Tapi setiap kali saya berhenti sejenak dan melihat sekitar, saya menemukan satu-dua hal yang patut disyukuri. Dan itu… cukup untuk membuat saya bertahan.

Syukur adalah pilihan. Dan itu bisa dimulai dari sekarang. Dari detik ini.

Mungkin kita tidak bisa mengubah situasi hari ini. Tapi kita bisa memilih untuk tidak mengeluh. Kita bisa memilih untuk berkata dalam hati:

“Terima kasih Tuhan, hari ini saya masih hidup. Dan itu adalah anugerah.”

Saya teringat satu ayat dari Alkitab yang menolong saya ketika hati saya mulai lelah:

“Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal…”
(1 Tesalonika 5:16–18)

Tuhan tidak menunggu kita kaya dulu baru bersyukur. Dia hanya ingin kita melihat bahwa hidup ini sendiri… sudah cukup indah jika kita mau melihatnya.

Hari ini, yuk… sebelum hari ini habis, kita sempatkan 1 menit saja untuk menyebut satu hal yang bisa kita syukuri. Mungkin tubuh yang masih kuat. Mungkin suara anak yang tertawa. Atau mungkin… hati yang mulai belajar damai.

Posting Komentar