Iman yang Tak Goyah: Dari Rapuh Menuju Teguh
Pendahuluan: Tiga Jenis Keyakinan
Dalam pengamatan, ada tiga kondisi umum ketika seseorang berbicara tentang imannya Keyakinan yang mudah berubah – cepat goyah saat badai datang. Kedua keyakinan yang tampak kuat tapi sombong – merasa hebat secara rohani, tapi rapuh di dalam. Ketiga, keyakinan yang tidak dipedulikan – hidup berjalan tanpa arah, tanpa pijakan iman.
Mari kita bedah satu per satu. Dan lebih dari itu, mari kita temukan jalannya kembali kepada iman yang kokoh, iman yang tidak goyah.
1. Iman yang Mudah Goyah: Akarnya Belum Dalam
“Orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi tidak berakar...” (Matius 13:20–21)
Ada orang yang semangat sekali ikut Tuhan — ikut retret, pelayanan, atau kegiatan rohani. Tapi ketika badai datang, dia mundur. Mengapa? Karena tidak berakar.
Solusi:
Bangun akar iman lewat:
- Pembacaan Firman yang konsisten
- Doa yang jujur, bukan sekadar formalitas
- Komunitas yang sehat secara rohani
Ingat: pertumbuhan iman bukan hal instan. Perlu waktu dan ketekunan.
Apakah aku hanya ikut Tuhan saat segalanya lancar?
2. Iman yang Tampak Kuat Tapi Penuh Kesombongan
“Siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” (1 Korintus 10:12)
Jemaat Korintus memiliki karunia roh, tapi lupa kasih. Banyak orang tampak kuat secara rohani, tapi sebenarnya hanya penuh rutinitas dan pencitraan.
Solusi:
- Latih kerendahan hati dengan:
- Mengizinkan Tuhan mengoreksi kita
- Tidak membandingkan diri dengan orang lain
Belajar dari Kristus yang rela merendahkan diri (Filipi 2:6–8)
Evaluasi: Apakah aku melayani untuk Tuhan atau untuk pengakuan orang?
Apakah aku rohani, atau hanya tampak rohani?
3. Iman yang Tidak Dipedulikan: Suam-Suam Kuku
“Engkau suam-suam kuku, tidak dingin dan tidak panas...” (Wahyu 3:15–16)
Ini adalah iman yang dibiarkan mati perlahan. Tidak menolak Tuhan, tapi juga tidak hidup dalam Tuhan.
Solusi:
- Bangkitkan kembali kepekaan rohani:
- Kembali ke dasar: satu doa sungguh-sungguh, satu ayat yang direnungkan, satu tindakan kasih.
- Sadari bahwa hidup ini singkat, dan waktu kita terbatas.
- Minta Roh Kudus menyalakan kembali api yang redup.
Kapan terakhir kali aku merindukan Tuhan, bukan sekadar aktivitas rohani?
Penutup: Menuju Iman yang Tak Goyah
📖 “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan...” (Ibrani 11:1)
📖 “Pengharapan itu adalah seperti sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita.” (Ibrani 6:19)
Apapun kondisi iman kita hari ini — goyah, sombong, atau suam — Tuhan tidak menyerah atas kita.
Dia mengundang kita kembali membangun iman yang hidup, kuat, dan tahan uji.
Bukan karena kita hebat, tapi karena Kristus adalah dasar yang tak tergoncangkan.
Posting Komentar
Karena saya percaya pengalaman Anda adalah berharga bagi keluarga lainnya.