Ketika Hidup Tidak Sesuai Rencana Saya

Table of Contents

Kadang hidup ini seperti naik kendaraan yang kita kira akan lurus terus seperti jalan tol, tapi tiba-tiba harus berbelok tajam ke arah yang sama sekali tidak kita rencanakan.

Saya masih ingat, dulu waktu muda saya punya banyak rencana. Saya pikir hidup ini seperti garis lurus, kalau kita rajin, kerja keras, dan jujur, maka semuanya akan berjalan seperti yang kita rancang. Tapi ternyata tidak begitu.

Ada yang bilang: “Hidup itu seperti peta, tapi yang punya kompas bukan kita.”

Saya pernah punya usaha yang saya bangun dari nol. Bertahun-tahun saya rawat, saya jaga, saya niatkan untuk masa depan anak-anak. Tapi entah kenapa, suatu saat semuanya runtuh begitu saja. Saya merasa gagal. Bukan hanya secara ekonomi, tapi juga secara batin. Rasa kecewa itu lebih menyakitkan daripada kehilangan uang.

Lalu saya belajar. Pelan-pelan saya mengerti, ternyata hidup ini bukan soal berhasil menjalankan rencana, tapi bagaimana kita menanggapi ketika rencana itu gagal.

Saya jadi sadar, ada pelajaran yang hanya bisa kita dapat saat rencana kita berantakan: Belajar rendah hati, belajar sabar dan belajar bahwa hidup ini bukan tentang mengendalikan segalanya

Dan yang paling mengejutkan, kadang saat rencana gagal… justru ada jalan yang lebih baik dibukakan.

Saya punya teman. Seorang guru. Awalnya dia ingin jadi arsitek. Tapi karena kondisi keluarga, dia harus menunda kuliah dan akhirnya malah mengajar di desa kecil. Awalnya dia marah dengan keadaan. Tapi sekarang? Dia menemukan panggilannya. Anak-anak yang diajarinya mencintainya, dan dia bahagia… meski hidupnya sederhana.

Lalu saya berpikir, mungkin kita terlalu sibuk menyusun rencana, sampai lupa bahwa hidup ini juga tentang *menerima kenyataan.

Bukan berarti kita tidak boleh punya impian. Tapi ada baiknya kita belajar berdamai dengan hidup yang tidak ideal. Karena bisa jadi, justru dari situlah kita menemukan kedewasaan. Ketika hidup tidak sejalan dengan rencana… itu bukan akhir dari segalanya. Kadang itu hanya awal dari arah baru yang belum kita pahami sekarang.

Dan saya percaya, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Mungkin jalan-Nya bukan jalan kita. Tapi Dia selalu menyertai, meski kita harus melewati lembah gelap dulu, sebelum sampai ke padang yang hijau.

Saya teringat satu ayat yang memberi saya kekuatan ketika rencana-rencana saya tidak berjalan: “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku.” (Yesaya 55:8)

Ayat itu bukan untuk menakut-nakuti. Tapi untuk mengingatkan, bahwa ada Pribadi yang lebih tahu ke mana arah hidup ini harus dibawa. Dan tugas kita, mungkin hanya percaya, berjalan, dan terus berbuat baik, meski jalannya tidak sesuai rencana kita.

Posting Komentar