Ketika Hidup Tidak Sesuai Rencana Saya
Kadang hidup ini seperti naik kendaraan yang kita kira akan lurus terus seperti jalan tol, tapi tiba-tiba harus berbelok tajam ke arah yang sama sekali tidak kita rencanakan.
Saya masih ingat, dulu waktu muda saya punya banyak
rencana. Saya pikir hidup ini seperti garis lurus, kalau kita rajin, kerja
keras, dan jujur, maka semuanya akan berjalan seperti yang kita rancang. Tapi
ternyata tidak begitu.
Ada yang bilang: “Hidup itu seperti peta, tapi yang
punya kompas bukan kita.”
Saya pernah punya usaha yang saya bangun dari nol.
Bertahun-tahun saya rawat, saya jaga, saya niatkan untuk masa depan anak-anak.
Tapi entah kenapa, suatu saat semuanya runtuh begitu saja. Saya merasa gagal.
Bukan hanya secara ekonomi, tapi juga secara batin. Rasa kecewa itu lebih
menyakitkan daripada kehilangan uang.
Lalu saya belajar. Pelan-pelan saya mengerti, ternyata
hidup ini bukan soal berhasil menjalankan rencana, tapi bagaimana kita
menanggapi ketika rencana itu gagal.
Saya jadi sadar, ada pelajaran yang hanya bisa kita
dapat saat rencana kita berantakan: Belajar rendah hati, belajar sabar dan belajar
bahwa hidup ini bukan tentang mengendalikan segalanya
Dan yang paling mengejutkan, kadang saat rencana
gagal… justru ada jalan yang lebih baik dibukakan.
Saya punya teman. Seorang guru. Awalnya dia ingin jadi
arsitek. Tapi karena kondisi keluarga, dia harus menunda kuliah dan akhirnya
malah mengajar di desa kecil. Awalnya dia marah dengan keadaan. Tapi sekarang?
Dia menemukan panggilannya. Anak-anak yang diajarinya mencintainya, dan dia
bahagia… meski hidupnya sederhana.
Lalu saya berpikir, mungkin kita terlalu sibuk
menyusun rencana, sampai lupa bahwa hidup ini juga tentang *menerima kenyataan.
Bukan berarti kita tidak boleh punya impian. Tapi ada
baiknya kita belajar berdamai dengan hidup yang tidak ideal. Karena bisa jadi,
justru dari situlah kita menemukan kedewasaan. Ketika hidup tidak sejalan
dengan rencana… itu bukan akhir dari segalanya. Kadang itu hanya awal dari arah
baru yang belum kita pahami sekarang.
Dan saya percaya, Tuhan tidak pernah meninggalkan
kita. Mungkin jalan-Nya bukan jalan kita. Tapi Dia selalu menyertai, meski kita
harus melewati lembah gelap dulu, sebelum sampai ke padang yang hijau.
Saya teringat satu ayat yang memberi saya kekuatan
ketika rencana-rencana saya tidak berjalan: “Sebab rancangan-Ku bukanlah
rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku.” (Yesaya 55:8)
Ayat itu bukan untuk menakut-nakuti. Tapi untuk
mengingatkan, bahwa ada Pribadi yang lebih tahu ke mana arah hidup ini harus
dibawa. Dan tugas kita, mungkin hanya percaya, berjalan, dan terus berbuat baik,
meski jalannya tidak sesuai rencana kita.
Posting Komentar
Karena saya percaya pengalaman Anda adalah berharga bagi keluarga lainnya.