Mengapa Cara Kita Mendidik Anak Sulit Diubah? Refleksi atas Prinsip Robert Cialdini

Daftar Isi


Ketika berbicara tentang perubahan sikap atau pendapat, psikolog sosial Robert Cialdini menyebut ada tiga hal yang sangat sulit digoyahkan: pilihan politik, keyakinan agama, dan… cara mendidik anak.

Di antara ketiganya, mungkin yang paling menyentuh secara pribadi adalah cara kita mendidik anak. Mengapa hal ini begitu sulit diubah, bahkan ketika ada informasi atau saran yang lebih baik? Mari kita telaah lebih dalam.

1. Pengasuhan adalah Cermin Nilai Diri

Setiap orang tua mendidik anak berdasarkan apa yang ia yakini benar, nilai-nilai yang ditanamkan sejak kecil, pengalaman pribadi, atau bahkan luka yang tak ingin diwariskan. Karena itulah, pengasuhan bukan sekadar tindakan, tapi pernyataan nilai: "Saya ingin anak saya tumbuh menjadi seperti ini."

Maka ketika seseorang menyarankan perubahan, itu sering kali ditangkap sebagai ancaman: "Kamu bilang cara saya selama ini salah?" Dan wajar saja bila muncul reaksi defensif, karena menyentuh identitas kita sebagai orang tua.

2. Investasi Emosional yang Terlalu Besar

Mengasuh anak bukan hal sepele. Ada tenaga, air mata, malam tanpa tidur, dan keputusan sulit. Ketika seseorang mengatakan bahwa metode yang digunakan salah, orang tua bukan hanya merasa disalahkan, tapi juga merasa usaha mereka selama ini sia-sia atau bahkan menyakiti anak.

Rasa bersalah itu sangat berat — dan itulah mengapa lebih mudah untuk mempertahankan cara lama, daripada menghadapi rasa malu atau sedih karena “mungkin saya keliru.”

3. Tekanan Tradisi dan Lingkungan

Dalam banyak keluarga, cara mendidik anak diturunkan begitu saja dari generasi ke generasi. Kata-kata seperti, “Dulu saya dibesarkan seperti ini dan saya baik-baik saja,” menjadi pembelaan umum. Ini menunjukkan bagaimana budaya keluarga membentuk keyakinan tentang pengasuhan, bahkan jika hasilnya tidak selalu ideal.

4. Bukti Tak Selalu Mengubah Keyakinan

Dalam psikologi, ini dikenal sebagai confirmation bias: kita cenderung hanya menerima bukti yang memperkuat pandangan kita, dan menolak yang bertentangan. Jadi, meskipun ilmu parenting modern menyarankan komunikasi terbuka dan pendekatan non-kekerasan, sebagian orang tua tetap memilih gaya otoriter karena “itu sudah terbukti” menurut pengalaman pribadi mereka.

Jadi, Haruskah Kita Berubah?

Pertanyaannya bukanlah apakah kita salah, tapi apakah kita masih mau belajar?

Mendidik anak bukan tentang mempertahankan ego sebagai orang tua, tapi tentang menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan anak — secara emosional, sosial, dan mental.

Mengubah cara mengasuh anak bukan berarti mengkhianati masa lalu, melainkan memperbaiki masa depan. Tidak ada orang tua yang sempurna, tapi setiap orang tua bisa belajar dan berkembang.

Penutup:

Jika kamu pernah merasa tersinggung ketika cara mengasuhmu dikritik, itu wajar. Tapi jangan biarkan rasa malu menutup pintu perubahan. Anak-anak kita tak butuh orang tua yang sempurna — mereka butuh orang tua yang mau terus bertumbuh.

"Orang tua yang hebat bukan yang tak pernah salah, tapi yang berani mengakui kesalahan demi kebaikan anak."

Posting Komentar