Menjadi Anak Angkat: Antara Luka, Penerimaan, dan Kekuatan Diri

Table of Contents


Tidak semua orang tumbuh dalam pelukan orang tua kandung. Ada anak-anak yang karena keadaan, kemiskinan, kematian, atau perpisahan, harus hidup bersama keluarga lain. Mereka bukan yatim, bukan pula anak pungut dalam arti yang dulu sering kita dengar di film. Mereka adalah anak angkat, atau lebih tepatnya anak yang dipelihara oleh keluarga besar.

Saya adalah satu di antara mereka.

Saat kecil, ayah saya wafat dan ibu harus bekerja jauh dari rumah demi bertahan hidup. Maka saya dibesarkan oleh paman, seorang lelaki yang anak-anaknya telah dewasa. Secara teknis, saya memang hidup sebagai bagian dari keluarga, tapi bukan sebagai anak kandung. Saya dipelihara, dijaga, dibantu bertumbuh, namun di balik itu, saya juga tumbuh dengan kesadaran bahwa saya berbeda.

Luka Tak Terucap

Hidup sebagai anak angkat tidak selalu identik dengan penderitaan. Tapi ada luka-luka kecil yang tidak selalu terlihat dari luar. Seperti rasa ragu, “Apakah saya benar-benar diterima?” atau perasaan membandingkan diri dengan anak kandung mereka yang meskipun sudah dewasa, tetap diperlakukan secara emosional berbeda.

Kadang bukan keluarga yang menyakitkan, tapi lingkungan luar: tetangga yang berbisik, teman sekolah yang bertanya, atau ucapan orang dewasa yang seolah tak sadar sedang meruntuhkan harga diri:

“Itu anaknya bukan, cuma numpang.”

Kalimat semacam itu bisa melekat hingga dewasa, membentuk rasa tidak cukup layak untuk dicintai atau takut mengecewakan orang lain. Banyak anak angkat tumbuh menjadi people pleaser, karena sejak kecil merasa harus berusaha lebih keras untuk diterima.

Mencari Diri Sendiri

Dalam perjalanan hidup, anak angkat sering mengalami kebingungan identitas. Mereka tahu siapa orang tua kandungnya, tapi tidak hidup bersama. Mereka juga hidup dengan keluarga yang membesarkan, tapi bukan keluarga biologis. Di antara dua dunia itu, kita bertanya:

“Saya ini bagian dari siapa?”

Pertanyaan ini wajar. Bahkan sehat. Mencari asal-usul bukan tanda tak tahu diri, melainkan bagian dari pencarian untuk merangkul seluruh bagian hidup kita, termasuk bagian yang menyakitkan.

Bagaimana Menyikapi?

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal tumbuh sebagai anak angkat atau anak peliharaan, berikut adalah cara menyikapinya dengan bijak:

1. Validasi Perasaan Sendiri

Apa pun yang Anda rasakan—marah, kecewa, bingung, sedih—semuanya sah. Jangan menekan perasaan itu karena takut dianggap tidak tahu terima kasih.

2. Bangun Identitas Sendiri dengan Jujur

Anda mungkin lahir dari keluarga tertentu, dibesarkan oleh keluarga lain, tapi hidup Anda adalah milik Anda. Kenali kekuatan dan luka Anda, dan biarkan keduanya membentuk versi terbaik dari diri Anda.

3. Berhenti Membuktikan Diri

Anda tidak harus menjadi “anak terbaik” atau “paling patuh” untuk layak dicintai. Cinta sejati bukan hasil dari prestasi, tapi hadir karena keberadaan Anda.

4. Jaga Ruang Aman dalam Diri

Jika tidak menemukan tempat bercerita di luar, ciptakan ruang di dalam: lewat menulis, bermeditasi, atau berdialog batin. Bila perlu, bicaralah dengan konselor atau teman terpercaya.

5. Bangun Makna Baru

Anda bukan hanya “anak angkat”. Anda adalah pribadi yang tumbuh melewati badai dan masih mampu mencintai dunia. Itu adalah kekuatan besar.

Penutup: Menerima Diri, Merangkul Cerita

Menjadi anak angkat bukan pilihan kita. Tapi bagaimana kita menafsirkan pengalaman itu sepenuhnya dalam kendali kita. Kita bisa saja tumbuh dengan luka, tapi juga bisa menyirami luka itu menjadi taman keberanian.

Saya menyadari, kasih dari keluarga paman saya berbeda dengan kasih orang tua kandung. Tapi justru dari situ saya belajar tentang penerimaan, kerendahan hati, dan kemampuan beradaptasi. Hari ini, saya berdiri bukan hanya karena diberi tempat, tapi karena saya memilih berakar pada nilai, bukan sekadar status biologis.

Semoga tulisan ini menjadi suara untuk anak-anak lain yang tumbuh dalam situasi serupa. Bahwa mereka tidak sendiri. Bahwa luka itu boleh ada, tapi bukan akhir dari segalanya.

Jika Anda adalah seseorang yang membesarkan anak angkat, peliharalah bukan hanya tubuhnya, tapi juga jiwanya. Dan jika Anda adalah anak yang sedang mencari pijakan, ketahuilah: Anda tidak salah lahir, Anda hanya lahir dengan cerita yang istimewa.

Posting Komentar