Rutinitas Kecil dalam Keseharian: Tahukah Anda Bahwa Manfaatnya Besar Bagi Semuanya
Sebagai orang tua, kita sering terjebak dalam kesibukan besar: pekerjaan kantor, pengeluaran rumah tangga, urusan sekolah anak, dan banyak lagi.
Tapi pernahkah kita
menyadari bahwa justru hal-hal kecil dalam keseharian, seperti memandikan anak,
menemaninya tidur, dan memeluknya sebelum beraktivitas, itulah yang paling
membekas dalam hati anak? Saya masih ingat...anak saya yang sulung, waktu
berusia 2 tahun, selalu punya permintaan khusus sebelum tidur: “Mama peluk
dulu. Bukan peluk cepat ya, peluk yang lama.
Waktu itu saya tertawa,
tapi dalam hati saya sadar: dia sedang mengajarkan saya bahwa kehangatan, rasa
aman, dan cinta seringkali disampaikan lewat pelukan—bukan lewat banyak kata.
Berikutnya, kegiatan ini ternyata bukanlah hal sepele. Memandikan anak.
Banyak ibu menganggap
memandikan anak itu pekerjaan harian yang melelahkan, dan saya setuju. Apalagi
kalau anaknya masih balita, suka lari-lari, main air, belum lagi kalau rewel.
Tapi justru di situlah ada kesempatan membangun kedekatan.
Saat kita sabar membasuh
tubuh anak, menyabuni rambutnya, menyeka wajahnya... kita sedang berkata dengan
tindakan: “Aku peduli padamu, kamu berharga, dan aku bersedia hadir
untukmu."
Tuhan Yesus pernah
membasuh kaki murid-murid-Nya. Itu bentuk pelayanan kasih, bukan? Maka ketika
kita memandikan anak dengan kelembutan, itu juga pelayanan kasih, yang tak
kalah kudus di mata Tuhan.
Kegiatan yang lain yang
baik untuk kita lakukan adalah menemani anak tidur. Menemani anak tidur bukan
hanya soal memastikan ia tertidur pulas. Itu adalah waktu terintim di mana anak
melepaskan semua aktivitas, dan membuka ruang hatinya untuk merasa aman.
Kadang saya menyanyikan
lagu rohani pelan-pelan, atau hanya menepuk punggungnya sambil berdoa dalam
hati. Anak saya mungkin tidak tahu saya sedang berdoa, tapi ia merasakan
damainya. Rutinitas ini juga bisa jadi tempat refleksi kecil bersama anak. Misalnya,
sebelum tidur saya tanya, "Hari ini senangnya apa? Ada sedihnya
nggak?" Dan dari situ, saya tahu isi hatinya. Dari obrolan 3–5 menit itu,
saya bisa masuk ke dunianya.
Bagian terakhir yang bisa
menjadi media perekat kita dengan anak-anak kita adalah pelukan. Tahukah Anda
bahwa pelukan dapat menurunkan hormon stres pada anak? Lebih dari sekadar
kontak fisik, pelukan itu adalah pernyataan: "Aku ada di sini untukmu.
Kamu tidak sendiri."
Saya belajar untuk tidak
menunggu momen besar untuk memeluk anak. Kadang saya peluk dia saat dia lagi
duduk main, saat bangun tidur, atau saat dia gagal melakukan sesuatu. Pelukan
bukan hadiah karena anak berprestasi. Pelukan adalah makanan harian emosi anak
kita.
Akhirnya sebagai orang tua
Kristen, kita percaya bahwa Tuhan itu setia hadir, bahkan dalam hal-hal kecil. Dia
menyertai kita dalam hal yang rutin: bangun tidur, makan, bekerja, istirahat. Kalau
Tuhan hadir dalam keseharian kita, maka kita pun bisa belajar menghadirkan diri
dalam rutinitas kecil anak, karena di sanalah cinta dibentuk, karakter tumbuh,
dan iman anak mulai terbentuk.
Penulis Mazmur 127:3
dengan baik menjelaskan tentang anak begini, “Sesungguhnya, anak-anak lelaki
adalah milik pusaka dari TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah.” Setiap
rutinitas kecil yang kita lakukan, meski terlihat membosankan atau
melelahkan—sebenarnya adalah bagian dari menghargai pusaka Tuhan. Mari kita
jalani mandi, tidur, dan pelukan… bukan sebagai rutinitas kosong, tapi sebagai
momen-momen membangun kasih yang tak tergantikan. Dari semua itu yakinlah,
hal-hal yang mungkin dianggap kecil, tapi itulah yang akan diingat oleh
anak-anak kita.
Posting Komentar
Karena saya percaya pengalaman Anda adalah berharga bagi keluarga lainnya.