Anak Dapat Menangkap Sikap dan Gerakan Tubuh Kita
Sebagai seorang ibu, saya sering menyadari bahwa anak-anak kita khususnya yang punya rentang umur 3-5 tahun punya cara luar biasa untuk menangkap sesuatu, bahkan sebelum kita mengucapkannya.
Pernahkah Anda memperhatikan,
saat kita belum sempat marah atau memberi peringatan, anak sudah bisa menebak
apa yang kita rasakan hanya dari raut wajah kita? Ya, itulah yang disebut
dengan bahasa tubuh. Anak-anak adalah “pembaca” bahasa tubuh yang sangat peka.
Dan kita sebagai orang tua haruslah menyadari kebehatan anak-anak kita itu.
Dan yang menarik, Alkitab
sendiri mengingatkan bahwa apa yang keluar dari hati, itulah yang mempengaruhi
seluruh hidup kita (Amsal 4:23). Termasuk ekspresi wajah, nada suara, dan
gerakan tubuh kita.
Saudara, bahasa tubuh itu
adalah “kata-kata tanpa suara” yang bisa menguatkan atau justru melukai hati
anak. Raut wajah kita bisa memberi rasa aman atau sebaliknya membuat anak
merasa terancam.
Nada suara yang lembut
membuat anak mau mendengar, sedangkan nada keras sering kali membuat anak
menutup hati. Postur tubuh yang terbuka dan menghadap anak menunjukkan kita
menghargai, sedangkan tubuh yang membelakangi bisa memberi pesan “kamu tidak
penting sekarang”.
Saya jadi ingat waktu anak
pertama saya berusia 3 tahun. Dia menjatuhkan gelas berisi susu, dan wajah saya
langsung berubah tegang. Padahal saya belum mengatakan apa-apa, tapi matanya
langsung berkaca-kaca. Sejak itu saya sadar, bahwa sebelum kata-kata keluar,
anak sudah “mendengar” lewat mata dan hatinya.
Kalau kita mau anak merasa
aman dan dekat dengan kita, bahasa tubuh kita perlu menyampaikan tiga hal:
kasih, penerimaan, dan perhatian. Beberapa hal yang saya pelajari dan coba
terapkan: Berjongkok atau sejajar dengan mata anak saat berbicara. Ini membuat
anak merasa kita menghargai dan mau mendengar.
Kemudian senyum tulus,
meskipun kita sedang lelah. Senyum adalah jembatan emosional yang sangat
efektif. Sementara nada suara yang bersahabat. Bahkan saat menegur, kita bisa
memakai nada yang tegas tapi hangat. Lalu sentuhan lembut, seperti mengelus
kepala atau merangkul bahu, untuk menegaskan kasih sayang kita kepadanya.
Prinsipnya bahasa tubuh yang
baik bukan berarti kita tidak boleh tegas. Justru, dengan bahasa tubuh yang
tenang dan konsisten, anak lebih mudah memahami batasan tanpa merasa takut.
Tuhan Yesus sendiri sering
menunjukkan kasih lewat tindakan, bukan hanya kata-kata. Dia memeluk anak-anak,
menatap mereka dengan kasih, dan memberi sentuhan yang menenangkan (Markus
10:16). Sehingga sebagai orang tua Kristen, kita dipanggil untuk meneladani
cara Yesus berinteraksi: penuh kasih, hadir secara utuh, dan menghargai setiap
pribadi. Bahasa tubuh kita menjadi kesaksian kecil di rumah, bagaimana kasih
Kristus itu nyata.
Saudara, anak-anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat dan rasakan, daripada dari apa yang mereka dengar. Jadi, mari kita latih diri untuk menyampaikan kasih lewat raut wajah, nada suara, dan sikap tubuh kita. Biarlah setiap tatapan, senyum, dan sentuhan kita menjadi saluran kasih Allah yang menguatkan mereka. Seperti Kolose 3:17 berkata, “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.”
Posting Komentar
Karena saya percaya pengalaman Anda adalah berharga bagi keluarga lainnya.