Fokus pada Solusi, Bukan Menyalahkan: Panduan Konselor Awam dalam Konseling Keluarga

Table of Contents


Konflik dalam pernikahan sering kali membuat kita, sebagai konselor awam, tergoda untuk menggali detail masalah atau mencari tahu siapa yang “salah.” Namun, pendekatan ini bisa memperburuk ketegangan dan membuat pasangan terjebak dalam siklus penyalahan. Prinsip keempat dalam konseling keluarga, fokus pada solusi, bukan menyalahkan, menawarkan cara yang lebih konstruktif. Berbasis pada solution-focused therapy, prinsip ini mengarahkan konselor untuk membantu pasangan menetapkan tujuan bersama dan mengambil langkah kecil menuju hubungan yang lebih sehat. Artikel ini akan memandu Anda, sebagai konselor awam, untuk menerapkan pendekatan ini dengan langkah-langkah praktis, sehingga Anda dapat membantu pasangan suami-istri tanpa terjebak dalam drama masa lalu.

Mengapa Fokus pada Solusi Penting?

Ketika pasangan suami-istri sedang berkonflik, mereka sering kali terpaku pada keluhan, seperti “Dia selalu mengabaikanku” atau “Kamu tidak pernah mendengarkan.” Sebagai konselor awam, Anda mungkin merasa tertarik untuk mendalami detail konflik tersebut, misalnya, apa yang menyebabkan pertengkaran atau siapa yang memulai. Namun, menggali masa lalu sering kali hanya memperdalam luka dan memperkuat sikap saling menyalahkan. Pendekatan berfokus pada solusi (solution-focused therapy) mengalihkan perhatian dari “apa yang salah” ke “apa yang bisa diperbaiki.” Dengan membantu pasangan menetapkan tujuan bersama, seperti komunikasi yang lebih baik atau keharmonisan keluarga, Anda memberdayakan mereka untuk membangun masa depan yang lebih positif.

Sebagai contoh, bayangkan Anda diminta menengahi sepasang suami-istri yang sering berbeda pandangan. Anda mungkin tergoda untuk mencari tahu detail pertengkaran mereka, seperti mengapa istri sering menangis atau mengapa suami tampak defensif. Namun, terlalu fokus pada masalah ini bisa membuat Anda kehilangan arah. Dengan pendekatan berfokus pada solusi, Anda membantu mereka menentukan apa yang mereka inginkan dari hubungan mereka ke depan dan langkah konkret untuk mencapainya, seperti menghabiskan waktu berkualitas bersama atau berlatih komunikasi yang lebih terbuka.

Langkah-Langkah Menerapkan Pendekatan Berfokus pada Solusi

Berikut adalah panduan praktis untuk konselor awam dalam menerapkan prinsip ini:

1. Ajak Pasangan Menetapkan Tujuan Bersama  

Mulailah dengan mengarahkan percakapan ke visi positif untuk hubungan mereka. Tanyakan:

 - “Jika hubungan kalian membaik, seperti apa bentuknya menurut kalian?”

 - “Apa satu hal yang kalian ingin capai bersama dalam beberapa bulan ke depan?”  

Contoh tujuan bisa berupa “kami ingin bisa berdiskusi tanpa bertengkar” atau “kami ingin lebih sering menghabiskan waktu bersama anak-anak.” Tujuan ini memberikan arah yang jelas dan mengurangi fokus pada penyalahan.

2. Fokus pada Langkah Kecil yang Konkret  

Bantu pasangan mengidentifikasi langkah praktis untuk mencapai tujuan mereka. Misalnya:

- Jika tujuan mereka adalah komunikasi yang lebih baik, sarankan mereka menetapkan waktu khusus setiap minggu untuk berbicara tanpa gangguan.

- Tanyakan: “Apa satu hal kecil yang bisa kalian lakukan besok untuk mendekati tujuan ini?”  

Langkah kecil, seperti mendengarkan tanpa menginterupsi atau menulis surat untuk mengungkapkan perasaan, dapat membangun momentum positif.

3. Gunakan Pertanyaan Berorientasi Solusi  

Alih-alih bertanya “Apa yang membuat kalian bertengkar?” gunakan pertanyaan yang mengarahkan ke solusi:

- “Kapan terakhir kali kalian merasa hubungan ini berjalan baik? Apa yang membuatnya berhasil saat itu?”

- “Jika kalian bisa mengubah satu hal dalam cara kalian berkomunikasi, apa itu?”  

Pertanyaan ini membantu pasangan mengenali kekuatan mereka dan membangun solusi berdasarkan pengalaman positif.

4. Hindari Menggali Kesalahan Masa Lalu  

Jika pasangan mulai menyalahkan satu sama lain, alihkan percakapan dengan lembut:

- “Aku dengar kalian berdua merasa terluka karena apa yang terjadi. Mari kita fokus pada apa yang bisa kalian lakukan ke depan untuk membuat hubungan ini lebih baik.”  

Ini membantu menjaga percakapan tetap konstruktif dan mencegah siklus penyalahan.

5. Rayakan Kemajuan Kecil  

 Akui setiap langkah positif yang diambil pasangan, sekecil apa pun. Misalnya:

 - “Aku lihat kalian sudah mulai mendengarkan satu sama lain tanpa memotong. Itu langkah besar!”  

Pengakuan ini membangun motivasi dan harapan untuk terus maju.

6. Pertimbangkan Konteks Budaya  

Di Indonesia, nilai-nilai keluarga seperti keharmonisan atau menghormati pasangan sering menjadi prioritas. Tanyakan:

- “Apa nilai dalam keluarga kalian yang ingin kalian junjung dalam hubungan ini?”  

Ini membantu pasangan menyelaraskan solusi dengan nilai budaya mereka, seperti menjaga keutuhan keluarga demi anak-anak.

Jebakan yang Harus Dihindari

- Terjebak dalam Keingintahuan tentang Masalah  

Sebagai konselor awam, Anda mungkin tergoda untuk mendalami detail konflik karena rasa ingin tahu atau simpati, seperti ingin tahu mengapa pasangan sering bertengkar. Ini bisa mengalihkan fokus dari solusi. Ingatkan diri Anda untuk tetap berorientasi pada tujuan.

- Memaksakan Solusi  

Hindari menyarankan solusi yang tidak sesuai dengan keinginan pasangan. Biarkan mereka yang menentukan tujuan, dan Anda hanya memfasilitasi.

- Mengabaikan Emosi  

Meskipun fokus pada solusi, jangan abaikan emosi pasangan. Validasi perasaan mereka (misalnya, “Aku lihat ini sangat sulit untuk kalian berdua”) sebelum mengarahkan ke solusi.

Tantangan sebagai Konselor Awam

Sebagai konselor awam, Anda mungkin menghadapi situasi di mana pasangan sudah mencoba konseling profesional namun merasa tidak puas, seperti dalam pengalaman menengahi teman dekat. Dalam kasus ini, pendekatan berfokus pada solusi sangat membantu karena sederhana dan memberdayakan. Anda tidak perlu menjadi ahli untuk membantu pasangan menetapkan tujuan kecil, tetapi Anda harus tetap sabar dan konsisten dalam mengarahkan percakapan ke arah yang positif.

Tips Tambahan untuk Konselor Awam

- Belajar dari Pengalaman  

Jika Anda pernah terjebak dalam menggali masalah alih-alih mencari solusi, gunakan itu sebagai pelajaran untuk tetap fokus pada tujuan ke depan.

- Gunakan Sumber Belajar  

Buku seperti Solution-Focused Brief Therapy oleh Cynthia Franklin atau The Seven Principles for Making Marriage Work oleh John Gottman menawarkan wawasan tentang pendekatan berfokus pada solusi. Untuk konteks lokal, cari buku tentang bimbingan dan konseling keluarga dari penerbit Indonesia atau organisasi seperti Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN).

- Tahu Batasan Anda  

Jika konflik melibatkan isu kompleks seperti trauma atau kekerasan, sarankan pasangan untuk mencari konselor profesional yang terlatih dalam solution-focused therapy.

Penutup

Sebagai konselor awam, Anda memiliki kekuatan untuk membantu pasangan suami-istri keluar dari siklus penyalahan dengan pendekatan berfokus pada solusi. Dengan membantu mereka menetapkan tujuan bersama dan mengambil langkah kecil, Anda membuka jalan bagi hubungan yang lebih harmonis. Ingatlah bahwa keberhasilan konseling bukan selalu tentang menyelamatkan pernikahan, tetapi tentang memberdayakan pasangan untuk membuat keputusan terbaik bagi mereka. Dengan niat tulus dan pendekatan yang terarah, Anda dapat menjadi penengah yang membuat perubahan positif dalam kehidupan keluarga.

Posting Komentar