Time Will Heal

Table of Contents


Kita akan menelusuri sebuah ungkapan yang sangat populer: time will heal, waktu akan menyembuhkan.Kita sering mendengar ungkapan ini ketika seseorang sedang berduka, patah hati, atau mengalami peristiwa berat dalam hidupnya. Seakan-akan waktu adalah obat mujarab yang bisa menghapus rasa sakit begitu saja. Tapi, benarkah demikian?

Mari kita lihat lebih dekat. Waktu sebagai “obat alami”

Dalam hidup, memang ada kebenaran bahwa waktu bisa mengurangi rasa sakit. Saat kita kehilangan seseorang yang kita cintai, awalnya luka itu sangat dalam. Bahkan mungkin kita merasa tidak sanggup menjalani hari tanpa kehadirannya. Tapi seiring berjalannya waktu, perasaan itu mulai berubah. Luka yang tadinya begitu tajam, pelan-pelan menjadi lebih tumpul. Kita mulai terbiasa dengan ritme hidup baru, dengan kenyataan bahwa ada yang sudah tidak lagi sama.

Mengapa ini bisa terjadi? Karena manusia punya mekanisme adaptasi yang luar biasa. Pikiran dan hati kita tidak statis. Ia bergerak, ia mencari keseimbangan, dan waktu memberi ruang bagi kita untuk beradaptasi.

Namun, apakah waktu saja cukup?

Ada kalanya waktu berjalan, tapi luka tetap ada. Misalnya trauma masa kecil, atau pengalaman pengkhianatan yang mendalam. Bertahun-tahun bisa berlalu, tetapi rasa sakit itu masih terasa seolah-olah baru terjadi kemarin. Bahkan, tanpa disadari, luka itu muncul kembali dalam bentuk kemarahan, ketakutan, atau hubungan yang sulit dengan orang lain.

Artinya, waktu tidak otomatis menyembuhkan. Waktu hanya memberi kita kesempatan. Tapi apakah kesempatan itu kita gunakan atau tidak, itu urusannya lain. Maka perlu adanya kombinasi yaitu waktu dan usaha sadar

Di sinilah letak pentingnya usaha. Waktu akan menjadi penyembuh hanya jika kita aktif menggunakannya. Caranya bisa beragam.

Ada orang yang menemukan kesembuhan lewat bercerita, kepada sahabat, keluarga, atau bahkan seorang terapis. Ada yang memilih menuliskannya dalam jurnal, sehingga pelan-pelan luka itu punya “rumah” di atas kertas, bukan hanya di dalam hati. Ada juga yang menemukannya dalam doa, meditasi, atau ritual spiritual yang memberi makna baru pada penderitaan.

Dengan begitu, waktu bukan hanya berlalu, tapi juga terisi dengan proses penyembuhan. Kita belajar menerima, kita belajar berdamai, dan akhirnya kita bisa melangkah ke depan tanpa terus-menerus terseret oleh masa lalu.

Jadi, time will heal memang ada benarnya. Waktu bisa menolong kita, karena ia membuat jarak antara kita dengan rasa sakit. Tapi ingat, waktu hanyalah bagian dari proses. Yang benar-benar menyembuhkan adalah bagaimana kita mengisi waktu itu: dengan usaha, dengan keberanian, dan dengan pilihan untuk merawat diri kita sendiri.

Bahkan kita juga bisa mempertanyakan kepada diri sendiri seperti yang pernah dinyatakan oleh pemazmur Ketika ia berada dalam kondisi tertekan dengan mengatakan, “Mengapa Engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa Engkau gelisah did alam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolngku dan Allahku! Mazmur 43:5.

Kalau kamu sedang berada di masa yang sulit, percayalah: waktu berpihak padamu. Tapi jangan hanya menunggu. Berikan dirimu kesempatan untuk tumbuh, untuk belajar, dan untuk sembuh. Karena pada akhirnya, bukan hanya waktu yang menyembuhkan, tapi juga keputusan kita untuk tidak terus tinggal di luka yang sama.Semoga refleksi ini bermanfaat, dan jangan lupa, setiap orang punya cara unik untuk sembuh. Yang penting, jangan berhenti berjalan.

Posting Komentar