Pembagian Tugas yang Sehat: Kunci agar Panitia Tetap Mendapat Berkat
Pernahkah Anda menjadi panitia Natal? Kalau ia, apakah benar bahwa Anda tidak mendapatkan berkat dari acara yang mungkin memberkati banyak orang, tapi tidak untuk Anda? Salah satu alasan paling kuat mengapa panitia Natal jarang menikmati berkat dari acara yang mereka selenggarakan adalah ketidakseimbangan dalam pembagian tugas.
Sering kali ada beberapa orang yang memikul terlalu banyak peran, sementara sebagian lain mengambil bagian yang lebih ringan.
Dalam pelayanan gereja, pembagian tugas sering dianggap “hal teknis”, padahal sesungguhnya sangat rohani. Karena di sanalah kita belajar: kerendahan hati, kerja sama tubuh Kristus, kesadaran bahwa kita tidak bisa melayani sendirian, dan bahwa Tuhan bekerja melalui kebersamaan, bukan kelelahan satu orang.
Berikut pendalaman khusus poin pertama.
1. Pembagian Tugas Bukan Sekadar Efisiensi, Tapi Bentuk Kerendahan Hati
Banyak panitia merasa:
“Kalau saya tidak ambil bagian ini, nanti berantakan.”
“Saya harus turun tangan supaya semuanya rapi.”
“Saya sudah biasa mengerjakan hal ini.”
“Tidak apa-apa saya capek, yang penting untuk Tuhan.”
Motivasi ini mulia, tetapi bisa menimbulkan bahaya rohani: kita merasa bertanggung jawab atas keberhasilan acara lebih daripada kita mempercayai Tuhan bekerja melalui orang lain.
Pembagian tugas yang sehat dimulai dari kesadaran ini: “Saya melayani bersama tubuh Kristus, bukan sendirian.”
Ketika panitia membagi tugas, mereka sedang melakukan tindakan iman: percaya bahwa Roh Kudus juga bisa bekerja melalui anggota panitia yang lain.
2. Tuhan Menghendaki Kerja Sama, Bukan Pengorbanan Diri yang Habis-habisan
Banyak panitia merasa seperti martir dalam pelayanan: bekerja paling keras, tidak sempat ibadah, kelelahan, tapi tetap semangat karena “ini untuk Tuhan”.
Tetapi dalam Alkitab, Tuhan tidak pernah meminta seseorang melayani sampai kehilangan sukacita.
Martha terlalu sibuk, dan Yesus mengoreksinya dengan lembut.
Musa hampir burnout sampai Yitro menyuruhnya membagi tugas.
Para rasul membagi peran kepada tujuh diaken agar mereka tidak kelelahan.
Pelayanan bukan tentang siapa yang paling banyak bekerja, melainkan siapa yang tetap setia dengan hati yang sehat.
3. Rotasi Tugas: Cara Sederhana tapi Sangat Menolong
Di banyak gereja, panitia Natal cenderung menetap pada satu pola:
yang jago musik → terus musik
yang jago IT → terus IT
yang jago dekorasi → terus dekorasi
yang jago ngatur → terus koordinator
Padahal rotasi tugas bisa membuat: seseorang punya waktu untuk menikmati ibadah, ada penyegaran mental, beban tidak menumpuk di satu orang, munculnya regenerasi pelayan baru.
Rotasi bukan berarti memaksa orang melakukan hal yang bukan talenta mereka. Tetapi memberi ruang agar seseorang mengalami peran yang tidak membuatnya terkuras tanpa henti.
Contoh sederhana rotasi untuk panitia Natal:
Tim multimedia 5 orang → 1 orang jaga tiap sesi, sisanya masuk ruang ibadah.
Tim konsumsi → ada shift: sebelum-pertengahan-setelah ibadah.
Tim dekor → setelah acara dimulai, mereka tidak lagi bekerja.
Tim liturgi → setelah tugas selesai, kembali ke kursi menikmati sisa ibadah.
4. Membuat Jadwal Khusus “Waktu Ibadah Panitia”
Ini yang sering terlupakan.
Panitia biasanya berasumsi bahwa pelayanan = berkat.
Iya, tetapi mereka juga perlu menerima berkat secara langsung.
Karena itu, beberapa gereja besar punya konsep: “Panitia juga harus mendapat kesempatan beribadah.”
Caranya:
sebelum acara dimulai, panitia mengikuti ibadah singkat 15 menit (renungan, doa, penguatan),
atau panitia dibagi shift sehingga setiap orang punya 20–30 menit duduk sebagai jemaat,
atau membuat ibadah khusus panitia di hari sebelumnya.
Ini bukan memanjakan panitia, tetapi mencukupkan jiwa mereka agar tidak melayani dalam keadaan kosong.
5. Pemimpin Panitia Perlu Melindungi, Bukan Hanya Mengatur
Pemimpin panitia sering mengatur jalannya acara, tapi lupa mengatur kesehatan rohani tim. Padahal salah satu tugas pemimpin adalah memastikan:
tidak ada yang kelelahan berlebihan,
tidak ada yang memikul tugas di luar kapasitas,
semua mendapat giliran untuk menikmati ibadah,
semua dihargai dan didampingi.
Seorang pemimpin panitia yang bijak tidak hanya bertanya: “Siapa yang bisa mengerjakan ini?”
Tetapi juga:
🗸 “Apakah kamu punya waktu untuk menikmati ibadah nanti?”
🗸 “Perlu saya cari backup untuk kamu?”
🗸 “Sudahkah kamu istirahat?”
Ini membuat panitia merasa dilihat sebagai manusia, bukan sekadar tenaga kerja.
6. Pembagian Tugas yang Sehat = Panitia yang Tetap Penuh Sukacita
Pada akhirnya, pembagian tugas yang baik menciptakan:
panitia yang tidak burnout,
panitia yang tetap merasakan Natal,
panitia yang melayani dengan hati gembira,
panitia yang pulang dengan damai, bukan kelelahan emosional,
panitia yang justru merasakan Tuhan melalui kebersamaan, bukan hanya melalui acara.
Karena dalam pelayanan gereja, yang melayani juga penting untuk dilayani, bukan melalui acara, tetapi melalui struktur kerja yang manusiawi dan penuh kasih.

Posting Komentar
Karena saya percaya pengalaman Anda adalah berharga bagi keluarga lainnya.