Tuhan Menghendaki Kerja Sama, Bukan Pengorbanan Diri yang Habis-habisan
Dalam pelayanan gereja, terutama pada acara sebesar Natal, ada satu pola yang sering muncul tanpa disadari: semakin seorang panitia merasa “habis-habisan”, semakin dia mengira pelayanannya makin bernilai.
Kalimat yang sering terdengar adalah: “Gak apa-apa saya capek, ini kan untuk Tuhan.” Atau juga, “Yang penting acaranya berhasil.” Juga meluncur kalimat, “Saya rela tidak menikmati ibadah, yang penting jemaat diberkati.” Pernyataan ini tampak mulia, tetapi tidak selalu sehat secara rohani.
Mengapa? Karena Tuhan tidak pernah meminta umat-Nya melayani sampai kelelahan batin, kehilangan sukacita, atau menjadikan diri sendiri korban tanpa batas.
Mari kita lihat ini dari berbagai sudut.
1. Pelayanan yang Benar Berasal dari Kelimpahan, Bukan Kehabisan
Ketika seseorang melayani dalam keadaan “kosong”, tidak ada waktu hening, tidak sempat menikmati ibadah, dan kelelahan fisik-mental, maka pelayanan itu berubah menjadi beban, bukan sukacita.
Sementara Yesus berkata: “Barangsiapa haus, datanglah kepada-Ku dan minum.” (Yohanes 7:37). Jika panitia tidak sempat “minum”, mengisi batin, mendapatkan firman, dan menikmati hadirat Tuhan, bagaimana mereka bisa mengalirkan berkat?
Panitia yang sehat secara rohani adalah panitia yang terlebih dahulu menerima sebelum memberi.
2. Yesus Menegur Martha, Bukan Karena Pelayanannya Salah
Kisah klasik antara Maria dan Marta sering disebut dalam konteks pelayanan. Marta sibuk, Maria duduk diam mendengarkan. Dan Yesus berkata: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara.”
Perhatikan: Yesus tidak menegur Marta karena dia melayani. Yesus menegur cara Marta melayani. Menyusahkan diri. Khawatir, dan tidak punya ruang untuk duduk diam
Inilah gambaran panitia yang terlalu mencurahkan semua energi hingga melupakan perjumpaan pribadi dengan Tuhan.
Pelayanan tanpa keheningan akan membuat seseorang lupa untuk siapa ia melayani.
3. Musa Hampir Burnout, Lalu Tuhan Kirim Yitro Untuk Mengingatkannya
Musa, seorang pemimpin besar, hampir kelelahan karena memikul tugas sendirian.
Yitro menegurnya dengan keras: “Apa yang kaulakukan itu tidak baik.” dan “Engkau akan menjadi sangat lelah, demikian juga bangsa ini.” (Keluaran 18:17–18)
Lalu Yitro memberikan solusi inti begini:
Bagilah tugas
Pilih orang lain membantu
Jangan semuanya kamu tanggung sendiri
Artinya, bahkan dalam rencana Allah, pelayanan tunggal tanpa kerja sama adalah tidak sehat.
Panitia Natal yang merasa harus mengerjakan segalanya sendiri sesungguhnya sedang mengulang kesalahan Musa, sebelum didampingi Yitro.
4. Para Rasul Tidak Melayani Sampai “Habis”, Mereka Mendelegasikan
Di Kisah Para Rasul 6, para rasul melihat banyak tugas di jemaat. Apa yang terjadi? Mereka tidak berkata: “Baiklah, kami yang kerjakan semuanya demi Tuhan.”
Justru mereka berkata: “Tidaklah baik jika kami melalaikan firman Allah untuk melayani meja.” Lalu mereka memilih tujuh orang untuk membantu. Ini bukan sikap sombong. Ini adalah kesadaran bahwa pelayanan harus dilakukan bersama, agar setiap pelayan tetap utuh.
Jika para rasul saja mendelegasikan, mengapa panitia Natal tidak?
5. Tuhan Tidak Menginginkan Korban Lelah—Tuhan Menginginkan Ketaatan yang Damai
Dalam Mazmur, Tuhan berkata: “Bukan korban bakaran yang Ku ingini.” Artinya, Tuhan lebih melihat hati, bukan seberapa “habis” seseorang dalam bekerja. Ada orang bekerja 100% dan kelelahan, tetapi hatinya penuh keluhan. Ada orang bekerja 40%, tetapi dilakukannya dengan kasih dan sukacita. Bagi Tuhan, yang kedua justru lebih mulia.
Panitia Natal sering terjebak dalam pikiran: “Semakin sibuk, semakin rohani.” Padahal yang benar adalah: “Semakin dekat dengan Tuhan, semakin sehat cara kita melayani.”
6. Kerja Sama Adalah Desain Ilahi
Dari awal Alkitab, Tuhan membentuk pola: Adam tidak sendirian. Musa tidak sendirian. Paulus punya tim.
Gereja adalah tubuh, bukan individu. Pelayanan bukan dirancang untuk satu orang yang mengurus segalanya, tetapi komunitas yang bergerak bersama.
Itu sebabnya ketika panitia Natal membagi tugas, bekerja sama, saling menopang, itu bukan sekadar kepentingan acara, itu tindakan yang sejalan dengan kehendak Tuhan.
7. Bukti Pelayanan yang Sehat Bukan Suksesnya Acara, Tapi Sukacitanya Hati
Acara Natal bisa saja berjalan: tampak megah, lighting bagus, musik kuat, pujian menyentuh, dekor meriah,
Namun jika panitianya: kelelahan, kosong secara batin, tidak ikut merayakan, tidak sempat duduk menikmati ibadah, dan merasa hanya seperti pekerja teknis, maka itu bukan pelayanan yang sehat.
Sementara pelayanan yang benar adalah: “Bukan hanya berkat untuk jemaat, tetapi juga berkat bagi para pelayan.”
Kesimpulan Utama
Tuhan tidak meminta panitia Natal mengorbankan diri tanpa batas. Tuhan meminta panitia Natal melayani dengan hati yang penuh damai, bersama-sama, tanpa merasa harus jadi pahlawan tunggal.
Kerja sama adalah kehendak Tuhan. Kehabisan adalah peringatan untuk kembali kepada-Nya.

Posting Komentar
Karena saya percaya pengalaman Anda adalah berharga bagi keluarga lainnya.