Belajar dari Kristus: Ketika Suami Berani Mengakui Kesalahan
Perlukah ada kesenjangan antara pengajaran di mimba, khotbah berapi-api, dengan apa yang di dalam kenyataan sehari-hari dalam penerapan di dalam keluarga? Seharusnya tidak. Tampilan kesucian dan narasi kekudusan seharusnya presisi dengan kenyataan keseharian. Dalam hal ini kerendahan hati menjadi tindakan penting untuk menyelamatkan penikahan. Di sinilah pentingnya belajar dari Kristus.
Faktanya, sering terjadi kesenjangan yang besar antara teologi di mimbar dan praktik di meja makan, dalam hubungan keseharian. Jadi "Kepemimpinan Kristus" seharusnya tidak hanya berhenti sebagai konsep hafalan, narasi yang membuat orang ternganga keheranan, tapi hal tersebut seharusnya menjadi kenyataan termasuk ketika berani meminta maaf kepada pasangan di saat salah dan keliru. Dan membangun kembali hubungan yang terganggu tersebut hingga kembali bersatu dalam rasa dan emosi.
Jika kita ingin membangun sebuah pengajaran atau kurikulum kebahagiaan keluarga yang praktis menggunakan prinsip ini, kita bisa menyusunnya dalam tiga pilar utama. Kita tidak menyebutnya sebagai "tuntutan", tapi sebagai "Seni Memimpin Hati".
Berikut Cara Menerapkan dalam Kehidupan Keluarga
1. Pilar Fondasi: Re-definisi "Wibawa"
Banyak suami mengira wibawa dibangun di atas "ketidakbersalahan" (infallibility). Pengajaran ini harus membalik logika tersebut. Wibawa sejati seorang pria Kristen justru muncul saat ia memiliki kekuatan untuk menguasai dirinya sendiri (Galatia 5:23).
Dari sini artinya mengakui kesalahan bukan berarti kehilangan otoritas, tetapi justru menunjukkan bahwa suami memiliki keamanan identitas di dalam Tuhan. Hanya pria yang merasa "aman" dengan dirinya yang berani berkata, "Aku salah." Pria yang merasa terancam akan selalu membela diri.
2. Pilar Strategi: Hukum "Tabur Tuai" dalam Komunikasi
Kita bisa menggunakan pendekatan yang lebih praktis dan logis bagi laki-laki. Sebagai penolong, istri sebenarnya akan memberikan respon kasih atas tindakan keberanian suami untuk meminta maaf, dan makna penolong itu akan menjadi kenyataan ketika sang suami melakukan tindakan berani berdasarkan ajaran yang diberikan Tuhan Yesus.
Prinsipnya sebenarnya, bila seorang suami menabur gengsi ketika melakukan kesalahan, enggan untuk merendahkan hati meminta maaf, maka sebagai istri akan bereaksi dan akibatnya ia akan bersikeras untuk Resistensi (istri jadi keras kepala). Jika suami menabur Kerendahan Hati (dengan meminta maaf), ia akan menuai kelembutan (istri akan luluh).
Jadi meminta maaf adalah "investasi kepemimpinan" yang paling murah dengan imbal hasil (ROI) paling tinggi. Satu kata maaf bisa membeli kedamaian berhari-hari di dalam keluarga.
3. Pilar Praktik: Protokol "Membasuh Kaki" (Action Plan)
Ini adalah bagian teknis agar suami tidak bingung bagaimana memulainya. Langkah-langkah konkretnya bisa dalam bentuk:
Langkah 1: Identifikasi Dampak. Jangan fokus pada siapa yang benar secara hukum, tapi siapa yang terluka secara perasaan.
Langkah 2: Verbalisasi Sederhana. Tidak perlu pidato panjang. Cukup: "Aku sadar sikapku tadi melukaimu, maafkan aku."
Langkah 3: Menutup Celah. Setelah minta maaf, jangan biarkan masalah "menguap". Gunakan otoritas suami untuk mengajak berdoa bersama. Ini adalah momen di mana "ketundukan" istri dan "kasih" suami bertemu secara spiritual.
Mengapa Pendekatan Ini Bisa Berhasil?
Konstruksi ini kuat karena ia menghargai posisi suami sambil tetap menuntut tanggung jawab moralnya. Dengan tanpa mempermalukan suami, maka suami tidak harus menjadi "keset kaki", tapi menjadi "pembasuh kaki". Bedanya di mana? Pembasuh kaki melakukannya dengan penuh kesadaran dan martabat.
Kesimpulan
Sebagai solusi di mana jalan yang ditempuh adalah win-win solution. Suami mendapatkan kembali rasa hormat dari istrinya (bahkan lebih besar dari sebelumnya), dan istri mendapatkan validasi emosional yang ia butuhkan.
Seorang nakhoda kapal (kalau kita asumsikan seorang suami) tidak akan terlihat bodoh jika ia meminta maaf karena salah membaca navigasi yang membuat kapal bergoyang. Tapi sang nahkoda justru terlihat hebat jika ia segera memperbaiki arahnya agar semua penumpang selamat sampai tujuan.

Posting Komentar
Karena saya percaya pengalaman Anda adalah berharga bagi keluarga lainnya.