Kenali People Pleaser: Arti, Penyebab dan Dampak Serta Cara Mengatasinya
Istilah people pleaser mengacu pada seseorang yang memiliki kecenderungan kuat untuk menyenangkan orang lain, bahkan jika itu mengorbankan kebutuhan, perasaan, atau nilai dirinya sendiri. Meskipun terdengar baik karena orang seperti ini tampak ramah, peduli, dan tidak egois, dalam banyak kasus perilaku ini justru bisa menjadi bentuk ketidakautentikan dan berisiko merugikan diri sendiri secara psikologis.
Apa itu People Pleaser?
Seorang people pleaser biasanya:
- Sulit mengatakan "tidak" meskipun ia sedang lelah, sibuk, atau tidak setuju.
- Sangat takut mengecewakan orang lain atau dianggap egois.
- Merasa bersalah jika tidak bisa membantu atau tidak memenuhi permintaan.
- Sering mengabaikan perasaan sendiri demi menjaga hubungan atau menghindari konflik.
- Mencari validasi atau nilai diri dari penerimaan orang lain.
Penyebab Umum Seseorang Menjadi People Pleaser
Pola asuh masa kecil: Anak yang dibesarkan di lingkungan yang menghargai kepatuhan dan menghindari konflik bisa tumbuh menjadi people pleaser.
- Rasa takut ditolak atau ditinggalkan: Ingin selalu disukai demi menjaga koneksi sosial.
- Harga diri rendah: Merasa bahwa dirinya hanya bernilai jika berguna atau disukai orang lain.
- Budaya atau nilai sosial tertentu: Dalam banyak masyarakat, terutama yang menekankan harmoni dan kolektivisme, orang diajarkan untuk menghindari konflik dan mengutamakan orang lain.
Pola Asuh dalam Keluarga Bukan Kandung: Tanah Subur bagi People Pleaser
Mengapa terjadi, karena beberapa hal ini bisa terjadi kepada seseorang, walaupun sekali lagi bukan terjadi kepada siapa saja. Respons masing-masing orang berbeda, tetapi kemungkinan berikut bisa saja dialami oleh seseorang sehingga menjadi seorang people pleaser.
1. Perjuangan untuk Diterima Sejak kecil bisa jadi akan menimbulkan cara pikir bahwa bagaimana belajar bahwa cinta atau penerimaan itu bersyarat. Seseorang akhirnya harus “manis”, “berguna”, atau “menyenangkan” agar tidak ditolak atau dianggap beban. Maka lahirlah kepribadian yang sangat sensitif terhadap ekspektasi orang lain.
2. Takut Ditolak atau Mengganggu Karena bisa saja dianggap “menumpang” hidup dalam keluarga orang lain, secara tidak sadar mungkin terbentuk keyakinan: saya tidak boleh merepotkan, saya harus membuat mereka senang, saya harus berterima kasih dengan menjadi anak baik. Akibatnya, kebutuhan emosional sendiri disingkirkan.
3. Tidak Ada Ruang untuk Jadi Diri Sendiri Dalam kondisi tinggal bukan dengan keluarga sendiri, ekspresi diri yang jujur sering kali dianggap sebagai pembangkangan atau tanda tak tahu diri. Maka yang berkembang bukan keaslian diri, tapi kemampuan membaca suasana dan menyesuaikan diri, bahkan sampai menekan perasaan sendiri.
4. Hening yang Menyimpan Luka, semuanya berjalan dalam diam. Tidak ada ruang aman untuk berkata saya lelah menjadi orang baik, atau saya ingin didengar tanpa harus berusaha keras menjadi sempurna. Di sinilah luka batin bertumbuh, dan sayangnya banyak orang baru menyadarinya saat dewasa.
Dampak Negatif dari Menjadi People Pleaser
- Kehilangan jati diri karena terlalu sering menyesuaikan diri dengan orang lain.
- Kelelahan emosional dan fisik.
- Hubungan tidak seimbang, di mana orang lain bisa mengambil keuntungan.
- Rasa frustasi dan tidak puas terhadap hidup, karena kebutuhan diri terabaikan.
Bagaimana Mengatasi Kecenderungan People Pleasing?
1. Sadarilah polanya: Amati kapan dan mengapa kamu merasa tertekan untuk menyenangkan orang lain.
2. Belajar mengatakan "tidak": Latih cara menolak dengan sopan tanpa rasa bersalah.
3. Kenali nilai dan batasan diri: Apa yang penting buatmu? Apa yang tidak bisa kamu kompromikan?
4. Bangun harga diri dari dalam: Temukan nilai dirimu bukan dari pujian orang lain, tapi dari keutuhan pribadi.
5. Hadapi ketidaknyamanan: Tidak semua orang akan suka pada kita, dan itu tidak masalah.
Posting Komentar
Karena saya percaya pengalaman Anda adalah berharga bagi keluarga lainnya.